Subhanallah! Menikah Itu Membahagiakan
Foto bersama Nurul & Ratna, beserta keluarga besar kedua mempelai (Foto: Umega Photography) |
I am so happy
to get merried. Ditulis M Nurul Ikhsan Saleh dan disempurnakan Ratna Sari.
Bagi saya menikah selain menjadi sarana untuk
saling menguatkan dalam beribadah, membangun kolaborasi untuk berbuat baik
kepada orang lain, juga sebagai wahana meraih kebahagiaan yang sungguh luar
biasa. Saya benar-benar merasakan bagaimana bahagia itu bisa menghiasi
hari-hari setelah melangsungkan akad nikah pada 23 Desember 2017 di Bantul,
Yogyakarta. Saya sudah mulai bisa salat berjamaah berdua, mengaji bersama, dan jalan-jalan bareng. Bagi teman-teman yang membaca tulisan ini dan belum menikah, semoga
dimudahkan dalam proses menuju pernikahan. Jujur, saya merasa bahwa kebahagiaan
yang didapat pasca pernikahan belum terbayangkan sebelumnya. Sehingga saya pun
patut bersyukur pada Allah SWT yang telah memberikan kemudahan atas pernikahan tersebut
dan saya sangat berterima kasih kepada keluarga beserta semua kalangan yang
telah terlibat dalam menyukseskan acara yang kami cita-citakan. Saya pun
memohon kepada Allah dan doa dari semua teman-teman agar perjalanan mengarungi
hidup ke depan bersama istri tercinta akan terus lancar dan dalam lindungan
Allah SWT.
Saya membulatkan
tekat untuk menikah di saat sedang menjalani semester dua pada program Master
of Education di The University of Adelaide, South Australia. Kebetulan waktu
itu saya sedang membantu takmir mesjid di Marion Road selama kurang lebih satu
minggu di pertengahan bulan Agustus 2017. Di sela-sela solat di mesjid, saya pun
memohon kepada Allah agar dimudahkan perjalanan menuju pernikahan. Di moment
ini pula saya mencoba menghayati tujuan untuk menikah, yang tiada lain demi
untuk meningkatkan ibadah kepada Allah SWT dan cita-cita berkolaborasi bersama
istri tercinta untuk berkontribusi kepada masyarakat luas. Sehingga, saya
sangat yakin saat itu bahwa saya tidak akan pernah menyesal menikah kelak
bilamana saya sudah memiliki niat menikah yang benar. Mirip di kala saya lulus
SMA, memutuskan merantau ke Yogyakarta demi untuk menuntut ilmu, sampai
saat ini pun saya tidak pernah menyesal pergi jauh-jauh dari Madura karena saya
yakin bahwa tujuan saya sudah benar adanya.
Sehabis salat
isya’, saya memberanikan diri menyapa teman kursus bahasa Inggris, yaitu Ratna
Sari. Saya tertemu dia di Cilacs UII Demangan, dalam program Intensive English
Course “Progressive 20” selama kurang lebih delapan bulan pada tahun 2015. Saya
membuka sapaan di chat WhatsApp dengan menanyakan kabar, berlanjut ke pertanyaan
apakah sudah punya calon untuk menikah atau belum, dan terakhir saya mengajak
menikah ketika mengetahui bahwa dia masih available.
Saya diminta menunggu beberapa hari mengenai keputusan diterima atau tidak
karena dia masih ingin memusyawarahkan dengan kedua orang tuanya. Setelah beberapa
hari kemudian, saya mendapatkan kabar bahagia bahwa saya dinyatakan diterima. Sudah
pasti, saya sangat gembira mendengar hasil sesuai doa dan harapan belakangan. Sejak
saat itu pun saya menelpon calon bapak mertua sebagai tindak lanjut dari keseriusan
ingin mempersunting putrinya.
Rasa bahagia
semakin mengalir dalam diri saya karena sudah mendapatkan lampu hijau dan saya
bersama Ratna Sari mulai merencanakan pernikahan yang sedianya akan
dilangsungkan pada Sabtu ketiga Desember 2017. Berhubung pada pertengahan bulan
Desember sekolah masih aktif yang dikhawatirkan mengganggu sekolahnya anak-anak
yang akan ikut acara pernikahan dari Madura, akhirnya diputuskan untuk
melaksanakan pernikahan pada Sabtu keempat di bulan yang sama. Agar memudahkan
proses persiapan pernikahan, saya meminta bantuan keluarga di Madura untuk
mengirimkan berkas perpindahan surat nikah dari Madura ke alamat di Bantul.
Lantas keluarga
di Madura membantu menguruskan berkas perpindahan nikah di KUA yang selanjutnya
dikirim ke Bantul tempat dimana akan dilangsungkannya pernikahan saya. Sejak dalam
proses inilah peran istri saya sangat besar. Betapa saya merasa sangat terbantu
dan terharu dimana di sela-sela kesibukannya mengajar di kampus Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta, tetap bisa menghandel semua persiapan pernikahan dari
mulai mengurus pihak catering, dekorasi, dokumentasi, tata rias, MC, sampai
pengurusan berkas ke KUA. Sungguh ada dedikasi dan totalitas yang tinggi dari
istri saya dalam menyiapkan pernikahan tersebut.
Menyiapkan Kepulangan
Sebenarnya pada
akhir bulan Agustus 2017 saya sudah memesan tiket untuk kepulangan akhir bulan November
2017, akan tetapi berhubung ada erupsi Gunung Agung di Bali, pihak maskapai
Jetstar menunda penerbangan di hari keberangkatan. Saat itu pula saya langsung
memesan maskapai lain, yaitu Singapure Airline. Rencana penerbangan awal hanya
berharga tiga juta lebih sedikit, dan kali ini penerbangan hampir sembilan
juta. Apa boleh buat, demi sebuah komitmen dan ingin mengikuti Pembekalan Pra nikah
tanggal 29-30 November 2017 yang diadakan KUA Bantul, akhirnya saya dengan rasa
percaya diri memesan tiket kepulangan lewat Bestjet.com pada jam 8.00 pagi dan
terbang jam 15.05. Saya ke bandara diantar oleh teman kamar yang sangat baik,
Mas Khusaini dengan memulai penerbangan dari Adelaide ke Yogyakarta melewati
Melbourne dan Singapura. Berhubung ada delapan jam rentang waktu dari
sesampainya di Singapura sampai pada penerbangan berikutnya ke Yogyakarta, saya
bermalam di Airport sekalian menunggu waktu solat Subuh.
Sesampainya
di Yogyakarta saya langsung mengikuti hari pertama pembekalan pra nikah bersama
dengan beberapa pasang calon pengantin di wilayah Bantul. Di hari yang sama
saya kemudian silaturrahim untuk yang pertama kalinya ke rumah calon mertua di
Sewon Bantul. Ada rasa sedikit degdegan memang karena baru pertama kalinya akan
katemu, akan tetapi saya langsung membulatkan keberanian untuk bercakap-cakap dan
sesekali bergurau. Di akhir-akhir pembicaraan saya kembali menanyakan dengan
senyum lebar “Jadi saya diterima nih pak?”, calon mertua pun menjawab “Iya
diterima, kalau tidak diterima, mana mungkin berkas pernikahan dari Madura akan
diproses”. Terus kami pun tertawa lirih “Ha…ha…ha…”.
Setelah kira-kira
lima hari di Yogyakarta, saya pulang kampung halaman di Sumenep, Madura. Selain
untuk menyiapkan keberangkatan keluarga ke Yogyakarta, saya memang sudah sangat
rindu ingin berjumpa keluarga di rumah. Lebih-lebih bapak yang sudah umur 70-an
tahun sedang dalam keadaan kurang sehat. Sehingga, lega rasanya akan melangsungkan
pernikahan di kala keluarga di rumah masih lengkap. Lima hari sebelum hari-H
berlangsung, saya berangkat ke Yogyakarta untuk mempersiapkan barang seserahan lewat
jasa Wikanseserahan.com. Tiga hari kemudian keluarga dari Madura juga berangkat
ke Yogyakarta untuk menghadiri acara pernikahan.
Di saat
acara pernikahan berlangsung, saya membaca ayat-ayat suci Alquran sebagai
bagian dari maskawin, tepatnya surat Arrum 21-24 yang memuat pesan mengenai pernikahan,
sekaligus menyerahkan maskawin lainnya dan seserahan. Alhamdulillah semuanya
berjalan dengan lancar. Saya telah resmi menjadi suami yang di dalamnya melekat
sebuah tanggung jawab yang besar sebagai kepala rumah tangga. Dengan memohon
ridha Allah SWT, saya berkomitmen menjalankan amanah ini dengan baik. Sehabis acara
resepsi di siang hari, pada malam harinya kemudian saya bersama istri tercinta
terbang ke Bali karena kami mendapatkan hadiah hotel gratis selama lima hari dari
teman Pengajar Muda Gerakan Indonesia Mengajar, Didin. Melalui teman, Ra Mama’
saya dihubungkan dengan mas Miko yang selanjutnya menjemput saya di bandara
menuju Hotel. Sebelum kembali ke Yogyakarta, saya bersama istri dibawakan
oleh-oleh dari teman lama, Wisnu. Sungguh banyak sekali kebaikan dari sebuah
pertemanan, subhanallah.
Pada tanggal
6 Januari 2018, saya beserta istri dan keluarga di Bantul bersama-sama
silaturrahim ke Madura. Hal ini sebagai silaturrahim balasan. Disinilah rasa
bahagia semakin bertambah di kala saya sudah selesai melewati rangkaian demi
rangkaian acara pernikahan, yang mana bukan hanya sekadar rangkaian mengikat antara dua
insan, saya dengan istri, akan tetapi lebih dari itu, yaitu sebuah jalinan
antara dua keluarga besar. Itulah sekelumit catatan pendek saya, mengenai perjalanan meraih bahagia dalam pernikahan. Semoga bermanfaat. Terimakasih banyak sudah membacanya.
Komentar