Sukses IELTS dengan Memakai Popok
popok dan penampakan cover buku-buku yang saya gunakan untuk belajar |
Bagi
sebagian besar orang akan terlihat aneh mungkin ketika membaca judul artikel
ini. Mana mungkin hanya memakai popok seseorang bisa sukses IELTS. Tapi inilah
bagian dari pengalaman saya mengambil tes IELTS dengan memakai popok orang
dewasa. Tentu dalam tulisan ini saya tidak hanya akan menyarankan berbekal
popok saja tapi banyak hal penting lain yang perlu pembaca siapkan. Mau tahu?
Nah silahkan baca dengan seksama tulisan ini sampai selesai. Ingat! Sampai
tamat ya biar lengkap pemahamannya.
First of all, tentu saya akan bercerita tentang
popok terlebih dahulu, bagaimana bisa saya terpikir untuk memakainya? Ini tidak
lepas dari pengalaman saya mengikuti tes tiga kali sebelumnya dimana saya
merasa ingin buang air kecil ketika masuk bagian tes Writing. Mungkin bagi yang
sudah pengalaman mengambil IELTS, pernah merasakannya. Dalam praktenya, persiapan dimulai jam 8 pagi sampai nantinya selesai jam 12-an. Dari tes pertama;
Listening, Reading, kemudian diikuti Writing yang dilakukan secara
berurutan tanpa henti. Nah, saat mengerjakan tes Writing saya merasakan ingin
buang air kecil. Dari sanalah saya terpikir bagaimana caranya mengatasi
‘problem’ ini apabila saya akan mengikuti tes kembali di kemudian hari. Munculah
ilham soal popok yang kemudian saya gunakan ketika tes untuk yang keempat
kalinya. Alhamdulillah manjur. Meski sebenarnya saya tidak ingin buang air
kecil sama sekali malahan ketika mengikuti tes yang terakhir tersebut, mungkin
saja karena saya merasa lebih tenang, kalau pun harus melakukan’nya’ di dalam ruangan
tes, saya tidak khawatir karena sudah ada alat penampung. Hehe! Cara ini
bisa pembaca lakukan apabila menghadapi tes dalam waktu yang panjang, minimal
untuk mengantisipasi. Coba deh!
However, ini nih hal yang lebih penting lagi,
yaitu menyiapkan dua bulan sebelum tes, belajar otodidak tanpa henti belajar
setiap hari. Berikut jadwal yang saya terapkan.
jadwal belajar selama dua bulan |
Selama
dua bulan, saya memulai belajar dari jam 6 pagi sampai adzan Dzuhur, di
sela-sela itu saya berhenti kira-kira selama 30 menit untuk sarapan pada jam 8.
Habis Dhuhur saya belajar lagi sampai adzan Asyar, di pertengahan itu saya
tidur selama satu setengah jam dan sehabis Ashar belajar lagi sampai jam 5,
kemudian makan dan melaksanakan solat Magrib. Sehabis ibadah Magrib saya
belajar sampai jam 22.00 kadang juga jam 23.00, pada rentang waktu tersebut saya berhenti jam
19.00 untuk solat Isya’. Selama a couple of months ini, saya berusaha
solat lima waktu di masjid depan kos kecuali Subuh yang sering dilaksanakan di
kos. Hal ini selain menunaikan kewajiban, saya jadikan cara agar tubuh saya
tetap ada pergerakan karena selama belajar biasanya hanya duduk di lantai
atau di kursi. One in a blue moon,
terkadang, di sore hari saya bermain tenis meja dengan teman kos, setidaknya
buat menghilangkan lemak di badan. Berusaha agar tetap sehat lah intinya dan alhamdulillah selama dua bulan tidak mengalami
sakit.
Meningkatkan Kemampuan
Listening
Di
awal bulan sebelum belajar, saya mem-print
out semua bahan-bahan yang saya butuhkan utamanya materi Listening dari
IELTS Cambridge satu sampai sebelas. Di setiap bukunya ada empat soal tes. So, keseluruhan ada 44 soal tes yang saya cicil setiap hari untuk dikerjakan. Perlu
diperhatikan bahwa ketika mengerjakan, saya tidak fokus untuk menjawab soal saja,
tapi saya mengutamakan agar mengerti isi dari Listening itu sendiri. Jadi tidak
heran apabila saya mengulang satu sampai empat kali bahkan lebih. Section satu
diputar sampai selesai, dan apabila masih ada yang belum saya pahami, saya
ulangi kembali, begitu juga dengan section selanjutnya. Tak kalah pentingnya lagi
adalah kegiatan mencatat kata-kata yang seringkali saya salah menuliskannya (correct spelling is pivotal), semisal cara menuliskan Tuesday atau Thursday, souvenirs, entertainment, leather,
questionnaire, cattle, door-to-door, and others. Saya menyiapkan buku catatan
khusus dan mencatatkan pada kertas kecil yang kemudian saya tempel di
tembok kamar. Saya juga memperkaya bahan belajar untuk Listening dari buku The
Official Cambridge Guide IELTS, buku ini sangat recommended. Tips lainnya yang saya terapkan adalah mengunduh
bahan Listening dari BBC Radio, Podcasts, kemudian saya masukkan ke dalam mobile phone, berikut saya tambahkan bahan-bahan listening dari Cambridge IELTS 1-11, audio tersebut saya
dengarkan setiap hari kemana berjalan, saat mau makan ke warung atau mau
belanja ke Indomaret. Sering menonton program pendukung
lain, usahakan tanpa ada text-nya, just
listen kata A.J. Hoge, semisal TEDx, BBC Documentary, Talkshow; Ellen, Jimmy Fallon,
Conan, David Letterman, and The Graham Norton Show. Those are my favourite programs.
Melejitkan Potensi Membaca, Reading
Selama
saya fokus belajar dua bulan, dua minggu awal saya menghatamkan buku IELTS
Advantage - Reading Skills dan IELTS Trainer. Kedua buku tersebut menjadi media
latihan saya dalam meningkatkan kemampuan memahami soal dan bagaimana men-tackle pertanyaan dengan baik. Moreover, saya membiasakan diri untuk
membaca artikel di The Guardiandotcom, minimal 10 artikel setiap hari, bahkan
saya berusaha untuk membaca sebanyak-banyaknya. Di saat ada sisa-sisa waktu
kosong, contohnya pas bangun tidur di pagi hari atau sebelum tidur di malam
hari, saya selalu sempatkan membaca. Tidak disangka, saya seperti terhanyut
dalam informasi-informasi penting level internasional, dan I am really excited to read more and more. Saat itu masih
gencar-gencarnya informasi seputar tarik ulur Brexit dan Uni Eropa, persiapan
pamilihan umum di Amerika - saling sikut antara Donald Trump dan Hillary
Clinton, perang di Siria, kembali memanaskan hubungan blok barat dan blok timur
- Rusia, dan lain-lain. Dalam proses ini, saya selalu mencatat kata-kata baru di
buku catatan khusus, particularly advanced vocabularies, dan tak lupa saya
juga tempelkan di tembok kamar kos dengan kerta berwarna-warni. Setiap hari saat
sore hari, saya mengerjakan passage
satu sampai tiga dan mengevaluasi. Saat latihan, titik tekan saya kepada understanding the text, hanya saja kunci
penting ketika menghadapi real tes
adalah harus bisa mengira-ngira waktu dengan baik, alias berlatih kecepatan, skimming and scanning, ini saya lakukan
satu minggu sebelum tes, latihan mengerjakan tes dengan menggunakan limited time, setidaknya saya mempraktekkan
saran dari Emma dan tak lupa saya mengamalkan saran dari my gorgeously beautiful lecture,
Miss Ana, “Ingat fokuslah menyelesaikan soal, bukan terlena memahami isi teks”.
It’s spectacular and amazing!
contoh tempelan vocabularies di kos saya |
Being an expert in Writing
Saya
sengaja hanya belajar sedikit pada bagian writing, karena pada tes sebelumnya
(ketiga) saya sudah mendapatkan skor 6,5, oleh karena itu, saya lebih mengasah pada
bagian reading, because it was the most concerned
skill for me at that time. Dulunya saya
banyak belajar cara menulis yang baik dari Liz IELTS, EngVid.com, tapi untuk
persiapan kali ini saya menitik beratkan pada bukunya Ebrahim Tahasoni yang
saya pikir sangat well-organized
dalam gaya kepenulisannya, Writing Task I atau Writing Task II. Kadang
kala, saya belajar dari contoh writing yang dibuat oleh examiner di buku IELTS Cambridge,
semisal di Cambridge edisi 8. Saran saya dalam praktek ini, pembaca harus
menggunakan lembaran latihan yang bisa didapat di bukunya Tahasoni, pada halaman
belakang. Saya cetak sebanyak-banyaknya, lembaran latihan Writing Task I dicetak
bolak balik dengan kertas buram, dan lembaran Writing Taks II dicetak
bolak-balik kertas putih, setidaknya menyerupai lembaran di real tes. Kertas
tersebut saya gunakan sebanyak empat lembar setiap hari buat latihan satu macam
soal. Karena di sini dituntut kecepatan dalam mengerjakannya, dimana Task I kisaran
waktunya 20 menit dan Task II 40 menit (keseluruhan satu jam), saya biasa mengutamakan
Task II terlebih dulu karena lebih banyak nilainya. Dalam latihan saya pernah
mengerjakan Task I hanya dalam 9 menit, sedangkan task II hanya dalam 20 menit.
Saya tidak terlalu mementingkan style
tulisan, karena memang tidak ada mark apakah tulisan tersebut bagus atau sebaliknya,
yang penting bisa dibaca. Silahkan pelajari sendiri lebih lanjut kriteria lebih
lengkapnya, baik dalam writing atau speaking. Selain dituntut belajar pharaprashing, mempertajam Grammar lewat buku Common Mistakes as IELTS Intermediate and Advanced, dalami juga kata-kata spesifik seperti dalam Task I; fold, fivefold, double, tripled, proportion, figure, upward trend, demolished, sedangkan Task II, perlu
ditingkatkan kosa kata yang canggih, semisal detrimental, advantageous, harmful, sophisticated-technological
innovation, fundamental role, consume, significant impact, an indispensable
role, huge or tremendous (kata ini seringkali digunakan dalam pidatonya
Trump), strongly (kata yang frequently dipakai pada kampanye Hillary), ect.
Handal dalam Speaking
Khusus
speaking saya selalu ingat pesan my easygoing tutor, miss Lulu', “Usahakan
menggunakan kalimat komplek ya”. Wah di sinilah saya termotivasi agar terhindar dari membuat kalimat sederhana, oleh karenanya saya selalu menggunakan kata-kata; and, non only…but also…, where, which,
because, what, but, however, dan lain sebagainya. Contohnya ketika ditanya where are you from? Saya akan jawab, the place where I come from is Sumenep which
is a friendly small city in East Java with multicultural society living there
and it is a favourite destination for huge numbers of tourists from all around
the world such as Australia, UK and USA. Saat ditanya hal lain, saya akan menjawab dengan kalimat majemuk bertingkat. Saya praktekkan pola tersebut
satu minggu sebelum tes dengan menggunakan daftar pertanyaan di buku IELTS
Cambridge, mencari tahu tema-tema yang sering keluar dan men-subscribe IELTS-Blog.com, sehingga saya mendapatkan kiriman contoh-contoh soal terbaru lewat email. Saya ajak teman kos agar menanyakan ke saya sesuai daftar
pertanyaan yang tersedia, terus saya menjawabnya. Agar suasananya seperti di
real tes, saya menggunakan timing, part one selama 5 menit, part two, one
minute preparation dan two minutes to talk, in part three, it’s almost same
with part one, 5 menit. Pesan lain yang saya terapkan, datang dari teman saya, handsome Fikar
dan pretty Desi “Klo ngomong jangan monoton biar terlihat natural, using good
intonation”. Well, saya praktekin saran ini dalam official test, saya lakukan dengan
percaya diri dan being myself. Di
part two, saya ditanya “Who is someone
that you admire” langsung saja, dengan percaya diri saya jawab Barrack
Obama, by giving various explanations. Kebetulan cukup banyak tahu soal dia, saya
mempelajari lewat nonton di Youtube bagaimana presiden Amerika ini hebat dalam public speaking in particular when giving the speech of Yes We Can, lebih-lebih saya
membaca biografi dan kebijakannya. Keluasan membaca ternyata cukup membantu
juga dalam speaking. Kalau saya mengilustrasikan, mengasah kemampuan reading dan
listening will boost our skill dalam
speaking dan writing.
metode saya dalam meningkatkan kemampuan speaking berdasar kriteria |
Finally, hanya memahami teori tanpa turun
tangan tidak akan pernah berefek besar, maka saran yang saya share di atas akan lebih bermakna jika you, my
fellas, mengamalkannya. Tak kalah
pentingnya adalah harus ada keberanian mengambil official test. Saat ini saya sudah punya pengalaman ambil tes
selama empat kali. Tiga kali pertama saya lakukan ketika mengikuti Persipan
Bahasa (PB) yang diadakan oleh LPDP, karena saya mendapatkan Beasiswa
Pendidikan Indonesia untuk jenjang Master Degree lewat jalur Afirmasi dimana
saat pelatihan saya difasilitasi untuk tes gratis sekali di akhir pelatihan.
Sedangkan dua tes pertama saya ambil dengan menggunakan uang tabungan yang didapat
dari uang bulanan PB. Tes yang terakhir saya ambil lagi karena
ingin mengejar skor yang lebih tinggi lagi dengan menjual motor dan pinjam uang
karena kekurangan dana. Bagi saya, hidup harus be brave to take a risk.
Karena
yakin bahwa Allah akan membantu segala usaha yang manusia lakukan, ketika
merasa lelah, saya berserah diri kepada-Nya dan memohon pertolongan. Hal inilah yang mengantarkan kesadaran pada pemahaman bahwa dapat skor IELTS tinggi bukan
tujuan, akan tetapi hanya jalan bagi saya untuk menuntut ilmu dan mendekatkan
diri kepada Tuhan. Saya selalu ingat untuk berbuat baik kepada orang lain
salah satu caranya dengan membuat kursus IELTS-TOEFL gratis yang diilhami oleh
perkataan si Bulan yang cantik dan bijaksana, “Perbanyaklah berbuat baik agar dipermudah segala urusan”.
Dalam
semua proses belajar tersebut tentu saya banyak berterimakasih kepada guru-guru
saya di CILACS UII dan Pusat Bahasa UIN Sunan Kalijaga, teman-teman
Progressive 20 dan teman-teman PB, siswa saya yang belajar IELTS-TOEFL for Free, teman-teman hebat kos Astra Seroja; Muhamadi, Komar, dan Ubed serta amazing sahabat satu lagi, Zali. Specially, untuk orang tua saya dan
saudara di rumah yang selalu mendukung semua proses di perantauan selama
ini.
Masih
penasaran soal cerita ini? Atau ingin tahu saran-saran lebih detail dari saya, sang motivator
keren, bisa loh mengundang, :) silahkan kirim undangannya ke email
mnurulikhsansaleh@gmail.com
Komentar