Kontribusiku Bagi Indonesia #LPDP Sharing
Gambar: http://www.lpdp.depkeu.go.id/ |
Lahir di negara Indonesia, tepatnya di Desa Moncek Barat Kecamatan Lenteng Kabupaten Sumenep pada tahun 1988 silam, saya sangat bersyukur bisa merasakan pendidikan formal yang cukup baik dibandingkan masyarakat di kampung saya pada tahun-tahun sebelumnya yang kebanyakan hanya merasakan sekolah diniyah atau sekolah keagamaan setingkat sekolah dasar, seperti halnya bapak dan ibu saya yang belum sampai lulus sekolah dasar. Bapak saya yang memiliki saudara delapan, memilih tidak mengenyam sekolah formal karena membantu ibunya bekerja untuk membiayai adiknya yang belajar di pesantren, sedangkan ibu saya yang tidak bisa berbahasa Indonesia, hanya sempat belajar ilmu agama di sekolah diniyah. Masyarakat di kampung saya memang banyak yang memilih belajar di lembaga pendidikan Islam seperti pesantren, sehingga kemudian banyak yang tidak melanjutkan ke jenjang SMP atau SMA. Sampai saat ini, tahun 2015, masyarakat di desa saya yang lulus kuliah masih bisa dihitung dengan jari. Sehingga saya beserta saudara, sangat berterima kasih kepada kedua orang tua yang sangat gigih menyemangati anak-anaknya agar semuanya mengenyam pendidikan formal setinggi-tingginya meski dengan keterbatasan biaya.
Waktu menempuh pendidikan di sekolah dasar, saya harus berjalan kaki untuk sampai di SDN Moncek Tengah II yang berada di desa sebelah dan berjarak kurang lebih dua kilometer. Hampir sama terjadi ketika saya melanjutkan sekolah di MTs II Annuqayah Guluk-Guluk yang berada dinaungan pesantren, saya harus berjalan menempuh jarak dua kilometer dari tempat saya mondok di Pondok Pesantren Annuqayah Lubangsa Selatan. Masih teringat betul bahwa kualitas mengajar guru masih sangat minim bahkan sarat dengan kekerasan. Sering sekali pembelajaran di kelas hanya berjalan satu arah dimana guru membacakan teks di buku dan saya bersama teman-teman sekelas mencatatnya, juga pernah kepala saya dipukul dengan penggaris kayu yang cukup besar oleh seorang guru karena tidak bisa menjawab soal Matematika dan tangan saya dipukul karena sempat berbuat kesalahan. Dari situlah saya sangat trauma dengan tindak kekerasan yang dilakukan di dunia persekolahan dan saya berjanji akan mengikuti saran bapak agar terus melanjutkan sekolah dengan harapan kelak saya bisa menjadi pendidik bagi masyarakat di kampung saya dengan tanpa kekerasan. Meski demikian, saya tetap berterima kasih kepada semua guru saya, karena berkat merekalah saya bisa mendapatkan pendidikan yang layak.
Beruntung sekali keinginan saya untuk sekolah sampai perguruan tinggi bisa tercapai di tahun 2012 dan akhirnya bisa menjadi Pengajar Muda lewat Gerakan Indonesia Mengajar. Selama lebih dari satu tahun saya bertugas di SDN 30 Inpres Ulidang, Kabupaten Majene, Sulawesi Barat dengan sempat menjadi guru kelas untuk kelas enam dan kemudian menjadi guru Bahasa Indonesia dari kelas empat sampai kelas enam. Saat bertugas selaku Pengajar Muda, saya tidak hanya mengajar di sekolah dasar, tapi juga di masyarakat, seperti menginisiasi kelompok belajar, menghidupkan TPA, mengisi majlis taklim, ceramah di mesjid, sampai pada bekerjasama dengan pemerintah daerah bersama tujuh Pengajar Muda lain yang berada di satu kabupten, dalam menginisiasi program memajukan pendidikan. Di akhir tahun 2013, saya kembali bertugas di SDS Terang Agung, Kabupaten TBB, Lampung, dengan empat bidang tugas yang sama; intrakurikuler, ekstrakurikuler, pembelajaran masyarakat dan pelibatan daerah. Setelah purna tugas pada Januari 2015 saya kembali ke Yogyakarta untuk belajar bahasa Inggris di CILACS UII sampai sekarang, sambil saya mengajarkan bahasa Inggris secara gratis bagi teman kos saya, di samping itu, saya aktif menulis isu pendidikan di media massa dan jurnal. Di masa mendatang, saya tetap berharap bisa berkontribusi untuk Indonesia lewat menjadi pendidik yang menekankan pembelajaran tanpa kekerasan, khususnya bagi masyarakat tempat saya lahir.
Saya memimpikan bahwa pendidikan di Indonesia bisa terus maju agar kualitas sumber daya manusia terus meningkat sehingga manusia Indonesia dapat berjaya di kancah Internasional. Kualitas pendidikan di Indonesia harus merata, tidak ada lagi ketimpangan yang sangat mencolok antara di perkotaan dengan pelosok. Salah satu langkah untuk memajukan pendidikan adalah dengan cara meningkatkan kualitas guru. Saya sendiri, ingin berkontribusi untuk kemajuan Indonesia lewat pendidikan dengan juga fokus pada proses pembelajaran yang menyenangkan dan nir-kekerasan dengan harapan tidak ada lagi bullying, kekerasan, perkelahian, diskriminasi dan konflik destruktif dalam lembaga pendidikan formal.
Langkah yang akan saya tempuh adalah dengan cara menjadi guru di lembaga pendidikan formal atau non formal, mendirikan taman baca dan membangun komunitas peduli pendidikan di daerah. Bahkan kalau bisa saya ingin juga terlibat sebagai pengambil kebijakan untuk kemajuan pendidikan di Indonesia. Langkah lainnya adalah saya akan tetap berkontribusi untuk kemajuan pendidikan lewat menulis di media massa, jurnal dan buku.
Komentar