Pendidikan yang Membebaskan
Siswa kelas empat sedang berlatih menulis di luar sekolah |
Pendidikan diharapkan bisa memanusiakan manusia
dengan seutuhnya. Kegiatan pembelajaran di sekolah
diharapkan mencerminkan realita yang terjadi di masyarakat. Bukan saatnya lagi
apa yang dijelaskan seorang guru hanya berkutat berdasar buku bacaan yang tidak
ada hubungannya secara langsung dengan yang siswa alami dalam kehidupan nyata.
Sudah saatnya kegiatan di sekolah benar-benar membumi. Ini juga sebenarnya yang
dicita-citakan dalam implementasi kurikulum 2013.
Sekolah butuh menjunjung tinggi daya nalar anak.
Bukan zamannya lagi anak-anak hanya duduk tenang mendengarkan penjelasan dari
seorang guru. Anak-anak butuh didengar apa-apa yang mereka ingin katakan.
Proses pendidikan harus menyakini bahwa setiap anak adalah bintang. Setiap
setiap anak juara. Setiap anak istimewa. Maka dari itu perlu wadah yang bisa
menampung kreativitas yang dimiliki anak-anak di sekolah.
Salah satu langkah yang saya lakukan selaku guru Bahasa Indonesia di sekolah yaitu memberikan kelas tambahan menulis kepada siswa dengan memberikan ruang seluas-luas kepada siswa untuk mengekspresikan apa saja yang ada di kepala mereka. Saya mengajarkan catatan harian, puisi, cerpen dan lain-lain dengan cara yang membebaskan. Berhubung yang terjadi di sekolah sering kali adanya pertengkaran di antara siswa, kemudian saya mengajak anak-anak memikirkan seputar efek negatif dari pertengkaran, bagaimana menghindari perkelahian, menolong orang lain, menjadi anak yang baik, mengajak orang lain agar cinta damai.
Sungguh mengejutkan betapa siswa saya yang masih
kelas empat, lima dan enam sudah bisa mengungkapkan itu semua dalam tulisan.
Meski dengan kata-kata yang sederhana dan tulisannya belum panjang
berlembar-lembar, tapi rasa kagum dan apresiasi yang besar kepada mereka tetap saya
berikan. Mereka telah berani mengungkapkan segala imajinasi yang ada dipikiran
menjadi sebuah tulisan yang baik. Meski anak-anak ini hidup dengan kesederhanaan
fasilitas, tapi semangat mereka untuk terus maju sangat besar. Dalam tulisan tersebut,
anak-anak membayangkan tentang Indonesia di masa depan menjadi negara yang
lebih maju dan peduli akan terwujudnya perdamaian.
Tulisan mereka kemudian di satukan menjadi sebuah
draf buku berujudul Sekolah Damai. Draf
tersebut berasal darilima puluh satu tangan kreatif para siswa. Kira-kira hanya
butuh tiga bulan agar tulisan mereka ini bisa terkumpul dengan menjadi draf
buku.Memang masih banyak yang perlu ditingkat kemampuan siswa dalam merangkai
kata-kata agar lebih beralur dan lebih panjang. Kekurangan tersebut menjadi
bahan bakar agar kekurangan bisa terus perlahan ditutupi, lebih-lebih mereka
masih duduk di bangku Sekolah Dasar yang ada di Dusun Terang Agung, Kecamatan
Gunung Terang, Kabupaten Tulang Bawang Barat (TBB), Provinsi Lampung.
Mulanya tulisan dalam draf buku ini dituangkan
dalam catatan harian siswa. Di mana siswa memiliki catatan harian yang bisa
dibawa kemana saja dalam keseharianya. Di saatmata pelajaran Bahasa Indonesia,
catatan para siswa dicek dan diberikan umpan balik. Para siswa juga dipandu mengasah
skill bidang kepenulisan lewat praktik-praktik sederhana di dalam kelas mengenai
bahasan di dalam tulisan, sesekali siswa diberikan tema bahasan yang sama,
lainnya bebas dari mereka sendiri jika ingin menulis apa saja.
Saya sadar bahwa setiap anak adalah mutiara. Dari
itulah, seorang guru tinggal mengarahkan dengan baik. Biarkan siswa tumbuh
sendiri dengan luar biasa. Di Sekolah Dasar saja, betapa saya menemukan
kemampuan menulis para siswa yang dahsyat.Sebenarnya, di sini saya fokus bukan
hanya pada titik tekan di bidang kepenulisan, akan tetapisaya mengajak siswa memikirkan
kehidupan yang senyatanya terjadi dalam keseharian.Dari situlah, para siswa
dengan polos menceritakan dengan apa adanya sesuai yang mereka alami
sehari-hari. Tidak ada rekayasa.
Semoga kebiasaan siswa menulis dan memikirkan
tentang fenomena kehidupan sehari-hari akan membuat mereka menjadi anak yang tumbuh
mandiri. Anak-anak yang bisa bertanggung jawab secara mandiri atas permasalahan
yang mereka hadapi. Sudah saatnya anak-anak mencarikan solusi atas keluh kesah
yang dirasakan sehari-hari. Anak-anak perlu dirangkasang agar berpikir out of the box. Sehingga mereka tumbuh
menjadi kreatif dan tidak selalu membebek. Selain itu, semoga akan tumbuh rasa
percaya diri yang semakin besar dalam diri mereka dan siap bersaing dimana pun
kelak berada.
Terakhir, saya ingin mengajak para orang tua dan
para pendidik di mana pun berada. Mari berikan kepercayaan kepada anak-anak
kita agar mereka tumbuh secara mendiri sesuai imajinasi yang ada dalam diri
mereka. Kita tinggal mengarahkan ke arah yang baik. Berikan anak-anak ruang
seluas-luasnya berpikir bebas, jangan membelenggu kreativitas mereka dengan
memaksakan kehendak dengan hanya menjejali pelajaran yang jauh dari realitas
kehidupan keseharian. Lebih-lebih hanya lewat hafalan-hafalan yang bisa membuat
stress. Mari sedini mungkin anak-anak kita diajak mengekspresikan
gagasan-gagasan briliannya baik lewat ungkapan, tulisan, maupun perbuatan.
Komentar