Meningkatkan Minat Baca pada Siswa
Anak-anak Sedang Membaca Komik kiriman dari PGN |
Pagi itu, saya senang sekali melihat anak-anak karena
sangat antusias menyambut kedatangan buku-buku baru dari Jakarta. Buku tersebut
adalah buku-buku dalam bentuk komik Persembahan PGN untuk Anak Bangsa yang
datang secara bertahap antar seri. Ada 33 judul komik seri Legenda Nusantara,
ada 20 judul komik seri Pahlawan Indonesia dan terakhir komik seri Biografi
Orang Sukses. Kedatangan komik berseri ini selain menambah jumlah buku-buku
yang sebelumnya datang dari FGIM (Festival Gerakan
Indonesia Mengajar), juga semakin menambah ramainya anak-anak datang ke
perpustakaan sekolah.
Anak-anak setiap pagi biasa sudah antri menunggu
kedatangan saya agar membuka perpustakaan di sekolah. Sampai-sampai kadang anak-anak
yang sudah antri di depan perpustakaan, merasa kecewa kalau saya lambat datang
untuk membuka perpustakaan sekolah. Kebetulan saya memang sangat senang
menemani anak-anak membaca buku. Kelebihannya adalah dengan menenami anak-anak
membaca, saya pasti ikut membaca buku-buku di perpustakaan sekaligus mengajak
diskusi bersama anak-anak. Sehingga saya berinisiatif menfasilitasi sekolah
untuk memegang kunci perpustakaan agar setiap hari anak-anak terus berbondong
membaca.
Perpustakaan tempat menyimpan buku-bukudi sekolah, SDS Terang Agung,bisa dibilang cukup sempit, apabila ada dua puluhan anak yang masuk, ruang perpustakaan sudah terasa sesak. Makanya anak-anak biasa juga membaca di teras perpustakaan. Keberadaan bangunan perpustakaan terpisah cukup jauh dengan ruang belajar sekolah yang berjumlah lima ruang. Lokasi perpustaakaan berdempet dengan bangunan Taman Kanak-Kanak. Sehingga para guru-guru jarang ke perpustakaan. Padahal ruang perpustakaan selain sebagai tempat penyimpanan buku bacaan, juga berfungsi sebagai kantor yang sekali-kali dijadikan tempat rapat.
Berhubung perpustakaan di sekolah berbatas waktu,
hanya buka dari jam 07.30 sampai 12.00, sedangkan beberapa anak biasa masih
ingin membaca, maka dari itu kemudian saya menginisiasi perpustakaan dusun yang
letaknya berada tepat di keluarga angkat,tempat saya tinggal. Buku yang ada
adalah bantuan dari berbagai pihak yang kemudian diestafetkan dari dua Pengajar
Muda sebelum saya. Dari beberapa buku yang ada, sebagian sampulnya sudah copot.
Hal ini disebabkan karena seringnya buku berganti tangan antara anak yang satu
dengan anak yang lain, sesekali disebabkan karena satu buku jadi bahan rebutan
beberapa anak.
Di perpustakaan dusun, anak-anak bisa secara
leluasa membaca. Karena perpustakaan yang ada di dusun memang sengaja di buka
seluas-luasnya untuk masyarakat. Yang penting pintu di rumah terbuka maka
anak-anak bebas membaca. Sudah jadi kebiasaan, setelah selesai pembelajaran di
sekolah, anak-anak sering datang ke perpustakaan dusun untuk membaca. Selain
itu,dalam rangka memancing anak-anak selalu datang ke perpustakaan dusun, saya
mengadakan les tambahan yang bertempat di situ. Biasanya sebelum pembelajaran
dimulai, terlebih dahulu anak-anak membaca buku-buku yang berjejer di rak.
Selaku guru Bahasa Indonesia, saya terkadang
membawa buku-buku bacaan ke kelas sesuai dengan jumlah murid yang ada. Saya
memberikan waktu kira-kira sampai sepuluh sampai lima belas menit untuk
membaca. Sehabis membaca, saya persilahkan para siswa menceritakan kembali di
depan kelas. Saya membebaskan siapa saja yang ingin maju ke depan dengan
memilih anak yang paling cepat mengacungkan tangan ke atas. Saya senang sekali
melihat mereka rebutan ingin cepat-cepat bercerita ke depan kelas. Lebih dari
itu, terkadang anak yang sudah maju ke depan kelas ingin maju lagi dengan
alasan ingin melengkapi ulasan cerita yang telah disampaikan sebelumnya.
Khusus untuk siswa kelas enam, waktu pelajaran
Bahasa Indonesia, saya membiasakan para siswa dalam satu kelas dikelompokkan
menjadi beberapa kelompok. Di antar perkelompok, saya menyuguhkan bahan bacaan
yang berbeda. Saya memberikan mereka durasi waktu untuk membaca, setelah
membaca kemudian antar kelompok mempersentasikan ke depan kelas. Dalam
persentasi ada yang bertugas menjadi moderator, presenter, notulen, dan satu
orang selaku penyampai kesimpulan dari hasil diskusi. Sehabis persentasi saya
memberikan waktu kepada kelompok lain untuk bertanya kepada kelompok yang
bertugas persentasi. Pada awalnya, cara-cara seperti ini anak-anak merasa
kesulitas, akan tetapi saya coba latih terus, dan bahasan yang diangkat adalah
bahasan yang ringan sehingga anak-anak bisa dengan mudah mendiskusikannya. Dari
situ, akhirnya siswa mulai bisa karena sudah terbiasa.
Akhirnya, saya ingin menyampaikan, bahwa lewat
aktivitas pembiasaan membaca buku pada anak-anak, akan mengasah kemampuan anak
dalam menangkap informasi sekaligus menambah wawasan lebih luas, serta bisa
melatih kemandirian dalam belajar. Bahkan anak-anak dari kebiasaan membaca bisa
ditingkatkan lagi kebiasaannya, dengan cara membiasakan berdiskusi bersama
teman-temannya. Sehinnga selain menyerap informasi juga bisa menularkan
informasi kepada orang lain.
Saya sendiri membayangkan, seandainya saya sejak
dari mengenyam pendidikan Sekolah Dasar sudah terbiasa membaca dan berdiskusi
maka tentu wawasan saya akan luas. Akan tetapi, dalam kenyataanya, dulu saya
baru mendapatkan metode belajar berdiskusi ketika sudah menginjak Sekolah
Menengah Atas. Padahal, sejak dari SD pun anak-anak sudah bisa melakukan itu.
Oleh karena itu, pada momen Hari Anak Nasional
ini, saya ingin mengajak masyarakat agar semakin gencar ikut mencerdaskan anak-anak
Indonesia dengan cara menfasilitasi peningkatan minat baca pada siswa sejak
dini.
Komentar