Saya Ingin Menjadi Guru Inspiratif
Pengajar dari UIN Sunan Kalijaga |
Setiap keberhasilan yang
kita raih tentu dipengaruhi oleh banyak faktor. Di antaranya adalah faktor guru.
Guru yang mampu menginspirasi siswanya. Saya sendiri pernah mengalami, waktu SD
ada salah satu guru inspiratif saya, yaitu pak Zainuddin. Beliau sangat pintar
dalam mengajar, menyenangkan dan sangat sederhana. Berkat pak Zainuddin ini
saya sangat suka mata pelajaran Matematika, hingga akhirnya saya bisa mewakili
sekolah untuk Ikut Olimpiade Matematika Se-Kabupaten.
Masuk sekolah tingkat MTs, saya tetap menyukai Matematika. Ditambah lagi,
saya dipertemukan dengan guru yang sangat inspiratif. Yaitu pak Hamdi. Beliau
sangat dekat dengan siswanya. Di sela-sela mengajar, beliu sering memotivasi
untuk terus mengejar mimpi-mimpi yang dimiliki para siswa. Beliau sangat ramah.
Dengan modal semangat yang selalu ditularkan, saya terus dengan giat belajar
hingga akhirnya mendapatkan juara I siswa Tauladan.
Masuk SMA kelas 1 saya masih menyukai belajar Matematika tentu juga mata pelajaran lain. Menginjak kelas 2, saya mulai menyukai dunia lay out dan dunia membaca. Saya baca tulisan Ahmad Wahib, Ulil Abshar Abdallah, Alwi Shihab, Gus Dur, Goenawan Muhammad, dll. Pada titik inilah, saya mulai kurang suka dunia sekolah. Karena saya memiliki argumen, belajar tidak harus di sekolah. Hingga kemudian orang tua bersama saya dipanggil kepala sekolah sebagai bentuk teguran. Dipertengahan kelas 3 saya baru kembali rajin masuk sekolah karena saya sadar harus melanjutkan ke perguruan tinggi. Alhamdulillah saya mendapatkan nilai bahasa Indonesia tertinggi pada UN di sekolah.
Lulus SMA, keinginan saya untuk kuliah di Jogja memuncak. Hal ini
disebabkan waktu SMA saya sering kali membaca buku terbitan dari Jogja.
Sehingga saya sangat tertarik bisa menulis dan kuliah di perguruan Tinggi yang
ada di Jogja. Berkali-kali saya membujuk orang tua agar mengijinkan saya kuliah
di Jogja, akan tetapi tidak pernah disetujui. Saya pun mengundang teman senior
yang kuliah di Jogja untuk membujuk orang tua saya. Pernah sampai kemudian saya
pingsan di kamar. Orang tua dan kakak tetap tidak mengijinkan dengan alasan
tidak punya uang. Ditambah lagi, anggapan orang tua orang tua, bahwa pergaulan di
Jogja sangat bebas. Waktu itu, orang tua hanya mengijinkan kuliah di Madura.
Cara terakhir yang saya tempuh adalah saya nekat. Saya meminta uang 600ribu
kepada orang tua dengan alasan mau mendaftar di perguruan tinggi di Madura.
Uang ini tidak saya gunakan untuk mendaftar akan tetapi saya gunakan untuk
pergi ke Jogja pada 10 Oktober 2006. Satu hari di Jogja saya menelpon orang
tua, dengan tanpa banyak obrolan, bapak saya langsung menyuruh saya pulang.
Pada waktu itu saya yakin bahwa saya bisa mandiri dan bisa membiayai kuliah
sendiri. Sejak saat itulah saya mulai mencari uang sendiri. Saya hanya 10 hari
di Jogja, waktu di Jogja saya disuruh teman, untuk belajar bahasa Inggris
terlebih dahulu, yaitu di Pare. Maka saya memutuskan ke Pare, setengah bulan
uang saya habis di sana. Saya mencoba minta uang kepada orang tua lewat telfon tapi
mereka tidak mau ngasih. Dan alhamdulillah saya diterima menjadi Officer
kursusan sehingga saya mendapatkan tempat tinggal gratis juga kursus.
Setelah hampir satu tahun di Pare, saya kembali ke Jogja tahun 2007. Saya
kembali dipertemukan dengan seorang sosok guru inspiratif yaitu Zainal Arifin
Thoha. Beliau mengajarkan kemandirian. Beliau pengasuh Pondok Mahasiswa, yaitu
LKKY yang mengedepankan kemandirian. Harus membiayai hidup dan kuliah dengan
uang sendiri. Awal-awal di Jogja saya berjualan koran di Sekitaran Malioboro
Yogyakarta sambil belajar menulis. Pada empat bulan terakhir tulisan saya
dimuat pada koran Seputar Indonesia. Maka saya memutuskan untuk berhenti
berjualan koran dan fokus menulis. Sekali-kali bekerja kepada penjual buku
Yuzuf Agency untuk berjualan buku. Lewat proses inilah saya mengumpulkan uang
agar bisa kuliah. Pada tahun 2008 saya baru bisa kuliah dengan uang hasil
tabungan bekerja. Selanjutnya saya ngekos dan beli komputer sendiri.
Di bangku kuliah, saya kembali di pertemukan dengan sosok dosen yang sangat
inspiratif, yaitu bapak Agus Nuryatno, Ph.D. Beliau sering memotivasi saya,
terlebih agar mengikuti LKT. Alhamdulillah beberapa kali saya masuk nominator
dan lima kali menjadi juara, dan tulisan saya di muat di beberapa media massa, Lampung
Pos tahun 2007. Kemudian tulisan resensi buku dan tulisan berbentuk opini
dimuat pada koran Seputar Indonesia, Media Indonesia, Surabaya Post, Bali Post,
Koran Jakarta, Bernas Jogja, Majalah Flamma, Malajah Suluh dan Majalah Kampus.
Dan saya sudah memiliki karya, tiga buku dalam bentuk kompilasi, satu buku utuh
dalam tahap pengeditan penerbit.
Dalam dunia perkuliahan saya lumayan banyak aktif di organisasi kampus,
seperti Lembaga Pers Mahasiswa, Badan Eksekutif Mahasiswa, Kelompok Studi Ilmu
Pendidikan Pendidikan, dan Lembaga Pengembangan Bahasa Asing. Di luar kampus
saya pernah aktif di Senyum Community yang bergerak untuk anak Panti Asuhan, Forum
Indonesia Muda dan menjadi PIC Komunitas Peace Generation, yang bergerak di
bidang perdamaian untuk pemuda.
Saya bersyukur kepada Allah SWT atas segala jalan terang yang telah diberikan kepada saya. Saya juga patut berterima kasih kepada kedua orang
tua yang kemudian sangat bangga dengan kerja keras yang telah saya lakukan, terlebih untuk semua guru yang
telah menginspirasi saya. Semua pihak juga yang telah meringankan beban biaya kuliah saya lewat beasiswa, kepada Pemerintah Daerah Sumenep, Djarum Beasiswa Plus, Depag dan Dikti
sehingga saya bisa menyelesaikan S1.
Terakhir, betapa keberadaan guru inspiratif itu sangat penting dalam
pendidikan, khususnya terhadap perjalanan hidup saya sendiri. Saya ingin menjadi guru
inspiratif, sebagaimana layaknya para guru saya yang telah menginspirasi saya. Setidaknya saya pernah melakukan kepada para siswa di beberapa tempat, salah satunya
di MAN Sabdodadi Bantul selama tiga bulan. Saya ingin kembali dengan
sungguh-sungguh, menginspirasi anak-anak yang ada di pelosok negeri ini yang
memang benar-benar sangat membutuhkan.
Komentar
Smoga sy jg bs demikian :).
Salam kenal.
----Semangat berbagi utk indonesia berprestasi---
Salam kenal juga. Mari berbagi! :-)
Selamat mencoba ya. Semoga sukses :-)
semoga sukses kang.. :)
salam kenal :)
jogja dan pare adalah target saya selanjutnya, thanks inspirasi nya
Terus semangat Ikhsan, saya pernah dengar langsung cerita perjuangan kamu kuliah, sangat heroik. :D
jadi inget kata salah seorang guru kita ::
Alloh itu, pasti sudah menentukan yang terbaik bagi kita... jika kita mau merenung, setiap kejadian yang kita lewati pasti ada "benang merahnya" sehingga membentuk kita seperti yang sekarang ini ^_^