Nurul: “Aku Menulis, Maka Aku Berprestasi”
M Nurul Ikhsan Saleh yang akrab di panggil Nurul, adalah anak ketiga dari empat bersaudara. Ia lahir di Sumenep tanggal 27 Juli 1988, menyelesaikan Sekolah Menengah Atas di Pondok Pesantren Annuqayah Guluk-Guluk Sumenep tahun 2006, kemudian menempuh pendidikan tinggi pada jurusan Kependidikan Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta tahun 2008. Selama menempuh kuliah di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan ia aktif di berbagai organisasi baik di dalam kampus dan di luar kampus, diantaranya, Penyelaras Bahasa Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Paradigma Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Pengurus Devisi Kajian dan Penelitian Forum Badan Eksekutif Mahasiswa Pendidikan (FBEMP) Yogyakarta, Pengurus Devisi Bahasa Inggris DPP Bidang Pengembangan Bahasa Asing Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Koordinator Departemen Penelitian dan Pengembangan Kelompok Studi Ilmu Pendidikan (KSiP) Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Anggota Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Senyum Community, Pegurus Devisi Eksternal Beswan Djarum DSO Yogyakarta, Anggota Lembaga Kajian Kutub Yogyakarta (LKKY) dan Person in Charge (PIC) bidang Keuangan Peace Generation Yogyakarta.
Kebiasaanya dalam bidang
tulis menulis mengantarkan Nurul menyabet banyak prestasi. Ia menjadi juara
pertama Lomba Karya Tulis Ilmiah (LKTI) se-Yogyakarta Himpunan Mahasiswa Islam
Cabang Yogyakarta tahun 2012, 5 komentator terbaik Blog Competition Beswan
Djarum tahun 2011, Nominator Nutrifood Leadership Award Wilayah Yogyakarta
tahun 2011, 20 penulis terbaik Sayembara Esai Nasional IDEA Institute Pertanian
Bogor tahun 2011, The Most Favorite Leadership Training Djarum Beasiswa Plus
tahun 2011, 30 penulis terbaik Kompetisi Esai Nasional ANBTI (Aliansi Nasional
Bhinneka Tunggal Ika) tahun 2010, juara pertama LKTI UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta tahun 2010, juara kedua LKTI se-Yogyakarta dan Jawa Tengah Fakultas
Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta tahun 2010, juara kedua LKTI DPP
Bidang Penelitian Fakutas Tarbiyah dan Keguruan tahun 2009, juara ketiga LKTI
Jurusan Kependidikan Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan tahun 2009. Tidak
berhenti di situ, selain berprestasi di luar kampus Nurul juga tetap
berprestasi dibidang akademik, terbukti Nurul pernah mejadi siswa tauladan
semasa di bangku sekolah menengah pertama, sedangkan IPK terakhir setelah
menyelesaikan skripsi yang berjudul Peace
Education dan Relevansinya dengan Pendidikan Islam adalah 3,63.
Menulis Jalan Kemandirian
Menulis Jalan Kemandirian
Nurul mulai belajar menulis secara serius ketika
tinggal di Yogyakarta. Tepatnya pada Oktober 2007, setahun sebelum menempuh
perkuliahan. Sedangkan sembilan bulan sebelumnya ia mengasah kemampuannya berbahasa
Inggris di Pare Kediri. Nurul belajar
menulis di Lembaga Kajian Kutub Yogyakarta, dibawah naungan Pondok Pesantren
Hasyim Asy’ari yang didirikan oleh Zainal Arifin Thoha (alm.). Lembaga ini menampung mahasiswa
dari golongan orang kurang mampu, atau mahasiswa yang memilih jalan
kemandirian. Pengasuh yang ada di lembaga ini mengharuskan mahasiswa mencari
uang sendiri untuk kebutuhan hidup sehari-hari dan biaya untuk kuliah. Salah
satu jalan kemandirian di lembaga ini adalah dengan menulis di media massa.
Sebelum tulisannya mampu tembus di media massa, santri di lembaga ini menjadi
loper koran, berjualan di angkringan dan berjualan dengan asongan. Nurul
sendiri pernah menjadi loper koran dan membantu seorang pembisnis buku obral
berjualan ke beberapa kota, seperti Surabaya, Semarang, Selatiga, Kudus, Solo,
Yogyakarta, dan Bandung.
Di sela-sela bekerja, Nurul belajar menulis puisi,
kemudian berkali-kali ia mengirimkan ke media massa. Tapi, tidak ada satupun
media yang memuatnya. Suatu waktu Nurul bertanya-tanya pada dirinya sendiri apa
yang membuat puisinya tidak di muat, ia berpikir, “Mungkin saja karena Nurul
menggarapnya tidak serius”, ungkapnya. Akhirnya Nurul menekuni tulisan resensi
buku. Resensi buku yang ditulis Nurul pertama kali dimuat pada koran Lampung Pos tahun 2007. Kemudian tulisan
resensi buku dan tulisan berbentuk opini dimuat pada koran Seputar Indonesia, Media Indonesia, Surabaya Post, Bali Post, Koran Jakarta, Bernas Jogja, Majalah Flamma, Malajah
Suluh. Pada dua tahun terakhir tulisannya yang dimuat dalam bentuk
buku kompilasi adalah berjudul Potret Realita;
Pendidikan Masa Kini diterbitkan oleh IPB Press, Asa Itu (Masih) Ada diterbitkan oleh
ANBTI, dan Islam; National Character
Building dan Etika Global diterbitkan oleh UIN Sunan Kalijaga.
Bagi Nurul, dalam menulis butuh rasa percaya diri dan
optimisme yang besar. Meskipun sebagian teman-temannya beranggapan bahwa
tulisan Nurul tidak bagus, tetap saja Nurul kirimkan ke media massa. Nurul
bahkan tidak tahu sudah berapa banyak tulisan yang ditolak redaktur, tapi Nurul
terus memberanikan diri mengirim tulisannya dan terus mengikuti lomba karya
tulis ilmiah meskipun sering gagal masuk sebagai nominator. Bahkan “mungkin
para redaktur kasian dengan saya hingga akhirnya tulisanku dimuat” begitu
ungkap Nurul. Itulah bagian dari sedikit cerita bagaimana Nurul mengasah dunia
kepenulisan hingga akhirnya tulisan Nurul bisa dimuat di koran-koran lokal dan
nasional.
Kemampuan Perlu Terus Diasah
Bagi Nurul, setiap manusia yang lahir di muka bumi
membawa bakat dan potensi. Berkat bakat dan potensi yang diasah, seseorang bisa
menjadi sukses dan terpandang. Tinggal bagaimana kesungguhan seseorang itu
menggali dan mengasahnya. Ibaratkan pisau, apabila ia sering diasah, akan
menjadi tajam. Sebaliknya, apabila tidak diasah, pisau itu tetap tumpul dan
sulit dimanfaatkan untuk memotong barang apapun. Otak manusia pun begitu. Ada
yang mampu mengasah bakatnya dengan baik. Salah satu contohnya beberapa tokoh
terkenal Indonesia yang tekun mengasah di bidang tulis menulis. Misalnya,
Goenawan Mohamad, Rendra, Kuntowijoyo, Umar Kayam, Gus Dur, Gus Mus, Nurcholis
Madjid, Emha Ainun Nadjib dan masih banyak lagi yang lainnya. Mereka mampu
menulis dan mengembangkan bakatnya dengan baik. Bahkan mereka menginspirasi
banyak orang.
Bagaimana dengan diri kita, sudahkah mengasah bakat
yang kita miliki dengan baik? Pertanyaan ini butuh kita jawab bersama-sama,
Ungkap Nurul, sebagai pribadi yang telah diberikan bakat oleh Tuhan, sebelum
semuanya terlambat. Mungkin saja ada yang memiliki bakat lain, seperti musik,
sepak bola, tari atau yang lainnya. Memang, setiap orang dalam mengasah
bakatnya hingga akhirnya menuai kesuksesan membutuhkan waktu yang berbeda-beda.
Mungkin saja, ada yang hanya butuh berbulan-bulan, ada pula yang sampai
bertahun-tahun. Kesungguhan hati untuk terus berlatih yang perlu dibangun.
Bersungguh-sungguh dalam berproses, tanpa takut akan kegagalan. Karena
kegagalan sendiri adalah pintu menuju kesuksesan, tambah Nurul.
Pesan penting dari Nurul adalah, jika ingin menjadi
penulis handal. Tinggal latihan dan latihan. Suatu waktu, kesuksesan pasti bisa
diraih dengan penuh kebanggaan. Salah satu jalan menuju kesuksesan adalah
dengan memilih jalan menulis. Ini juga seperti moto Nurul, “Aku Menulis, Maka
Aku Berprestasi”. Setidaknya dari beberapa prestasi inilah kemudian Nurul
mendapatkan beasiswa dari Djarum Beasiswa Plus, Kementerian Agama, Pemerintah
Daerah Sumenep, dan kesempatan dari Dikti untuk ikut The 15th UNESCO-APEID International Conference pada
akhir Desember 2011. (MNIS).
Komentar
good job kawan
brian