Berawal dari Semangat Bermimpi
Inilah kota impian Nurul, Kota Yogyakarta |
Namun, setelah sepuluh hari tinggal di Kota Gudeg, saya
berubah pikiran. Teman saya Bernando J. Sujibto menyarankan kepada saya untuk
pintar bahasa Inggris terlebih dahulu sebelum tinggal di kota pelajar ini. Dengan
tanpa pertimbangan panjang akhirnya saya memutuskan pergi ke Pare Kediri untuk
menimba bahasa Inggris. Berselang setengah bulan kemudian, uang saku saya habis.
Ketika mencoba meminta kiriman uang kepada kedua orang tua di rumah, mereka
tidak ada yang mau mengasihkan uang sepeser pun. Alhamdulillah tanpa diduga
saya diterima menjadi officer pada lembaga kursus Raymond English Course, Pare
dengan hanya bermodalkan bisa mengetik sepuluh jari dan melayout di Corel Draw.
Saya mulai hidup tenang. Makan gratis. Tempat tinggal gratis.
Setengah tahun kemudian selama belajar bahasa Inggris di
Pare, saya mulai direstui oleh kedua orang tua atas kepergian selama berbulan-bulan.
Tapi, sejak saat itu saya tidak lagi berpikir untuk seenaknya meminta kiriman
uang, saya bermimpi untuk hidup mandiri. Hingga pada tahun 2007, ketika saya
kembali lagi ke Yogyakarta, tinggal di Lembaga Kajian Kutub Yogyakarta (LKKY) bersama
sahabat-sahabat yang dalam membiayai kehidupan sehari-harinya adalah dari hasil
jerih payah sendiri. Tidak salah, ketika awal mula di Yogyakarta, saya sempat
selama empat bulan berjualan koran di sekitaran Maliboro dan selama empat bulan
membantu toko buku Yusuf Agency berjualan buku obral pada even-even tertentu di
beberapa kota. Di Surabaya, Malang, Semarang, Selatiga, Solo, Kudus, Yogyakarta,
dan Bandung. Dari kumpulan uang yang saya dapatkan tersebut ditambah hasil
menulis di media massa akhirnya saya mampu membeli komputer second dan untuk membiayai
masuk kuliah pada tahun 2008. Berselang dua tahun kemudian, bulan Oktober 2010,
saya mendapatkan beasiswa cukup bergengsi di lingkungan mahasiswa Indonesia, yaitu
Djarum Beasiswa Plus.
Pembelian Komputer Second Hasil dari Berjualan Koran dan Menulis di Media Massa |
Memimpikan Menjadi Blogger
Pada awal menjadi mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Saya memiliki mimpi. Mimpi menjadi blogger. Blogger di bidang apa? Padahal, untuk
membuat blog saja masih kesulitan. Beberapa kali saya berusaha untuk mewujudkan
mimpi itu, tetapi tidak pernah menjadi kenyataan. Setiap kali mimpi itu
memproses menjadi sebuah wujud nyata, setiap kali gugur di tengah jalan. Ibarat
orang mimpi yang tiba-tiba terbangun, terputus mimpi itu. Saya bertanya, apakah
seumur-umur hanya akan bermimpi dan tidak berusaha menghidupkan blog yang bisa
dibaca oleh banyak orang dan syukur-syukur berguna bagi masyarakat luas? Pertanyan
itu yang antara lain menjadi pendorong saya untuk mewujudkan mimpi itu. Mimpi
menjadi blogger sejati.
Pertemuan Pertama Bersama Beswan Djarum Jogja Angkatan 26 |
Tidak terasa,
saya semakin terbiasa memanfaatkan blog berkat ditambah penjelasan dari sahabat-sahabat
alumni Beswan Djarum lewat komunikasi di dunia maya. Terus terang, saya
terinspirasi untuk secara konsisten dan aktif menulis di blog setelah melihat
blog Magfur Amin yang memenangkan perlombaan Blog Beswan Djarum pada tahun 2010
silam. Berkat kemampuan ngeblog pada Blog Beswan Djarum akhirnya saya memutuskan aktif ngeblog di Blogspot ini agar tulisan yang ada dapat dikonsumsi masyarakat secara lebih luas lagi, tidak hanya untuk keluarga Beswan Djarum. Meski banyak kekurangan di sana-sini, semoga kekurangan tersebut bisa saya kurangi terus-terus di masa berikutnya.
Laptop Nurul dari Hasil Mendapatkan Djarum Beasiswa Plus |
Pada akhirnya, tidak bisa saya pungkiri bahwa keberadaan
blog Beswan Djarum yang saya miliki adalah atas dukungan dari banyak orang. Sudah sepantasnya kalau saya
mengucapkan terimakasih kepada mereka yang telah memberikan kesempatan, membantu,
dan mendorong eksistensinya blog Beswan Djarum saya. Yang paling utama, saya harus mengucapkan
terimakasih kepada pihak penyelenggara Djarum Beasiswa Plus, yang telah
menfasilitasi Blog Beswan Djarum dalam pengembangan softskill bagi penerimanya.
Juga atas pemberian bantuan dana berupa uang sebesar Rp. 600.000 perbulan, sehingga
saya bisa membeli laptop Compac dengan kredit Rp. 467.500 perbulan selama
setahun. Dengan laptop inilah saya bisa terbantu menyelesaikan tugas kuliah, menuliskan
opini, resensi buku, kebudayaan, ikut LKT, dan tentu juga untuk keperluan
tulisan pada Blog Beswan Djarum.
Foto Bersama Para Penerima Djarum Beasiswa Plus Angkatan 26 |
Komentar
banyak banget pencapaiannya :)
kebetulan saya juga apply beswan djarum, masih tahap seleksi...
ada tips ngga mas biar bisa lolos tahapan-tahapannya..
mas dulu gimana pengalamannya?