Ketika Keajaiban Dunia Ada di Yogyakarta
Salah Satu Peserta Karnaval di Sepanjang Malioboro |
Perayaan Jogja Java Carnival yang dihelat Sabtu 22 Oktober 2011 mendapat
perhatian besar dari masyarakat luas. Pemberitaan yang begitu gencar mengenai
akan diadakannya peringatan besar pada hari jadi Yogyakarta yang ke 255 ini, semakin
meningkatkan rasa ingin tahu warga hampir dari seluruh Indonesia pada kota
budaya sekaligus kota pelajar ini. Hal itu ditunjukkan dengan banyaknya
masyarakat yang berkunjung ke Yogyakarta untuk menyaksikan perayaan tersebut. Tidak
hanya media dalam negeri saja yang meliput, bahkan media asing cukup banyak
yang ikut andil menyiarkan langsung perayaan ini.
Banyak wisatawan yang datang langsung ke Yogyakarta untuk menyaksikan pawai
Mozaik Jogja Java Carnival. Bisa kita lihat, ada puluhan ribu orang memadati
jalan Maliboro sampai ke Alun-Alun Utara. Selain itu ratusan bahkan ribuan
undangan hadir untuk secara langsung melihat aksi-aksi fenomenal dari peserta
karnaval. Turut hadir dalam perayaan ini, yaitu Sri Sultan Hamengku Buwono X, Herry
Zudianto selaku Wali Kota Yogyakarta, Haryadi Suyuti, Pejabat di Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Propinsi/Kota Yogyakarta, dan beberapa pejabat dari
instansi lainnya. Beberapa sajian yang turut dipertontonkan adalah Serigala
Babilonia, Taman Gantung Ababionia, Kuda Troya sebagai legenda saat terjadi
perang Troya oleh tentara Yunani, termasuk pasukan Gladiator yang berpakaian
perang lengkap. Kemeriahan karnaval kali ini tampak sekali di malam itu, yang
berlangsung sejak pukul 18.00 WIB.
Peserta Berpose di Tengah Jalan |
Jogja Java Carnival: Keajaiban Dunia
Jogja Java Carnival tahun 2011 menjadi puncak dari banyak rangkaian
kegiatan lain di hari-hari sebelumnya, yaitu sejak 8 Oktober 2011 yang
berlangsung di 45 kelurahan. Mengambil tema The Magniworld (Mangenifence World)
atau Keajaiban Dunia. Pemberangkatan peserta karnaval dimulai dari Parkir Abu
Bakar Ali dan Jalan Pasar Kembang dengan menempuh jarak sepanjang dua km. Dari
tempat inilah penonton sudah berdesak-desakan memenuhi badan jalan. Begitu juga
di jalanan Pasar Bringharjo hingga Alun-alun Utara Keraton Ngyogyakarta
Hadiningrat, penonton tetap bertahan meski dalam suasana yang cukup ‘panas’. Sampai-sampai
ada penonton terutama ibu-ibu tua, pingsan karena tergencet dan sulit mengambil
nafas.
Ada kurang lebih 37 atraksi dan 15 peserta lomba, 7 peserta utama dan
sisanya partisipan. Dari peserta karnaval, turut serta meramaikan adalah Jogja
Brodawy persembahan Teater Garasi Enterprise dengan persembahan karya seni
Liberty di Jalan Kebudayaan Yogyakarta. Liberty simbol Amerika itu diarak
menggunakan andong dan dibuat dari alat-alat rumah tangga seperti sendok, loyang,
ember, panci dan lain-lain. Tak kalah menarik adalah penampilan peserta dari
Java Ardvertising yang menampilan pertunjukan musik akordiaon, saksofon dan DJ
serta puluhan warga negara asing yang berjalan mengiringi mobil hijau yang
mereka tumpangi. Peserta lain menampilkan ogoh-ogoh bertajuk Narasima, yaitu
karya para mahasiswa dari Persatuan Keluarga Putra Bali. Ada yang berasal dari
Kutai, Kalimantan Timur, juga dari delegasi Suriname. Penampilan para peserta
mampu menghibur pada pengunjung. “Luar biasa pertunjukannya, tidak rugi saya
datang dari Cilacap ke Yogyakarta untuk menonton Jogja Java Carnival, keren deh
pokoknya”. Ungkap Maria Ulfa yang datang bersama teman-temannya.
Patung Piramida |
Dari 7 peserta yang mengusung tema keajaiban dunia, mendapat sambutan
meriah dari penonton. Salah satunya penampilan dari Sanggar Dewata Indonesia
yang merupakan seniman-seniman Bali di Yogyakarta. Mereka menampilkan tema
‘Memorabilia of Moses’ menampilkan Sphinx dan Piramida dengan mengacu era
runtuhnya Firaun Ramses II dengan visual Sphinx penjaga makam suci Piramida
bertubuh robotik. Menariknya, saat patung Sphinx dengan tinggi 5 meter bisa
dimasukkan ke dalam Piramida dalam satu atraksinya. 15 peserta yang terdiri
dari berbagai komunitas memperebutkan hadiah total Rp. 100 juta. Setidaknya, even
karnaval ini merupakan karnaval pertama yang dilombakan di Indonesia dengan
menyediakan hadiah cukup besar. Hadiah pertama berupa hadiah senilai Rp. 55
juta. Hadiah pemenang kedua adalah Rp. 25 juta, pemenang ketiga Rp. 15 juta dan
pemenang favorit Rp. 5 juta. Lomba ini juga memperebutkan trofi bergilir
Adikarya Ciptarupa Kencana dari Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata. Di sini,
bukan hadiahnya yang manarik kita cermati, tapi antusiasme penonton dan
partisipasi aktif dari pesertanya yang patut kita banggakan. Dengan cara inilah
kebudayaan di Nusantara akan terus menggeliat, sehingga orang-orang dari
mancanegara tertarik untuk berkunjung ke Indonesia.
Patung Raksasa |
Yogyakarta yang nota bene sudah dikenal masyarakat luas sebagai kota budaya,
semakin ditegaskan bahwa kota ini menjadi salah satu pusat kebudayaan di negeri
Indonesia tercinta. Kota Yogyakarta sebagai kota yang harmoni serta menunjukkan
lingkungan masyarakat yang berbudaya, juga inkulturasi yang dapat menciptakan
interaksi seni budaya yang mendunia. Kemudian akan mampu menyerap budaya
mancanegara menjadi karya seni yang kreatif. Penampilan dari peserta Jogja Java
Jarnival setidaknya melibatkan seniman lokal dan seniman dari luar negeri.
Kita berharap semoga pagelaran Jogja Java Carnival yang merupakan kegiatan
tahunan yang sudah empat kali digelar untuk memperingati ulang tahun kota
Yogyakarta, pada tahun-tahun berikutnya semakin meriah lagi. Dengan dihadiri
oleh peserta yang lebih banyak serta apresiasi dari masyarakat semakin besar. Dan
secara terus menerus berkelanjutan yang memberikan dampak positif terhadap kota
Yogyakarta, terlebih dibidang peningkatan bidang pariwisata di Indonesia.
Komentar