Perempuan; Haruskah Saya Berharap
Memang saya sadar untuk tidak menghilangkan harapan itu. Tiap orang pasti merasakan pahit manisnya harapan, meski dengan bentuk yang berbeda. Bagi saya harapan itu adalah jalan awal mencapai sesuatu yang kita inginkan. Tanpa harapan, mungkin saja saya tidak akan pernah merasa hidup. Harapan telah memberikan saya semangat untuk berbuat, bahkan dengan mengorbankan apa saja yang saya miliki. Harapan membuat saya semangat dalam melakukan suatu pekerjaan. Walau terkadang, dibalik prilaku itu, saya tanamkan imbalan yang bisa saya dapatkan.
Pernah suatu waktu, saya tanamkan harapan pada sesosok perempuan, dengan begitu besarnya harapan itu saya miliki ditambah optimisme yang besar pula. Tapi seiring perjalanan waktu, harapan itu tumbang. Memang, di awal-awal, ketika saya harus berjalan dengan harapan itu yang hampir menghabiskan waktu selama dua tahun saya menemukan kenikmatan tersendiri. Bisa saling bertukar keluh kesah dan saling mensupport. Saat itu, saya sempat berpikir bahwa perjalanan ini akan terus bertahan karena kita telah membuat kenangan-kenangan bersama. Meski sebenarnya saya tidak cinta dengan sepenuh hati karena saya berpikir untuk tidak mencintai seseorang dengan betul-betul seutuhnya.
Tapi mengapa? Mungkinkah karena jauhnya jarak antara saya dengan dia. Dan saya selalu gagal untuk bertandang kerumahnya. Di saat beberapa bulan jarang berhubungan, secara tidak sengaja dia memberi kabar lewat telpon. Disatu sisi saya berasa lega dan bahagia, betapa hangatnya pembicaraan kita di awal-awal percakapan. Tapi, betapa terkejutnya saya, ketika dia harus memberi tahu saya bahwa dia telah menemukan pasangan yang baru. Sejak saat itulah, luntur sudah harapanku untuk bersamanya kembali, meskipun saya masih bertekad untuk tetap saling berhubungan secara baik-baik.
Sebagian orang pasti akan bilang pada saya untuk meninggalkan dan membuang jauh-jauh harapan yang sempat saya tancapkan itu. Pada awal-awalnya saya tidak menyerah begitu saja. Karena saya berpikir mungkin saja harapan saya masih berpeluang untuk kembali terjalin. Tapi apa boleh buat, karena sebenarnya saya tidak ingin tersiksa begitu lama dengan harapan yang tidak pasti walaupun menyisakan kenangan-kenangan yang lumayan bagus untuk ditinggalkan begitu saja.
Dari sinilah saya berharap di atas pengharapan, untuk tidak selalu berharap
dan berharap, karena harapan hanya akan menyiksa diri saya. Betul dan tidaknya saya serahkan kepada pembaca!
Komentar