Bersama Kita Mengajar
Sudah 65 tahun Indonesia merdeka. Sebagian besar
masyarakat merasakan kemerdekaan, tapi tidak kalah besarnya, masih banyak
kalangan masyarakat yang belum merasakan kemerdekaan sepenuhnya. Mengapa saya katakan
demikian? Mari kita lihat arti kemerdekaan dalam perspektif pendiri republik
ini. Mereka mengandaikan, kemerdekaan dikatakan tercapai bukan hanya minggatnya
kolonialisme, tapi yang terpenting adalah apabila semua lapisan masyarakat
mendapatkan pendidikan formal, ternyata sampai sekarang pun tidak semua
masyarakat dapat menyenyam pendidikan di lembaga sekolah.
Beberapa kalangan, sibuk
mempersoalkan seputar kebijakan, sarana prasarana, dan anak didik di lembaga
pendidikan. Tapi sering lupa, membicarakan orang-orang yang belum sempat
mengenyam persekolahan. Banyak masyarakat kita di pelosok-pelosok negeri belum
sempat mengenyam pendidikan. Bukankah mereka juga orang Indonesia yang berhak
mendapatkan pendidikan di lembaga persekolahan? Kenapa kita sering lupa
terhadap mereka? Coba kita banyangkan orang-orang dimana kita tinggal. Adakah
anak-anak yang masih belum sempat mengenyam pendidikan? Kalau ada, berarti
mereka belum sepenuhnya merdeka, karena kriteria kemerdekaan di atas belum
tercapai.
Janji kemerdekaan
republik Indonesia, yaitu melindungi, memajukan dan mencerdaskan kehidupan
bangsa, juga ikut melaksanakan ketertiban dunia. Dalam hal ini saya akan
memfokuskan pada proses pencerdasan kehidupan bangsa. Bagi saya, apabila
kecerdasan bisa tercapai dengan baik, maka kemajuan republik ini akan tampak di
depan mata. Cara yang paling tepat adalah dengan memasukkan anak-anak kita ke
dalam lembaga pendidikan.
Memang, usaha pemerintah dan masyarakat dalam membangun lembaga pendidikan setelah meraih kemerdekaan sampai sekarang, perubahannya sangat besar. Semakin banyak berdiri lembaga pendidikan setiap tahunnya. Begitu pula partisipasi masyarakat yang masuk lembaga pendidikan yang juga semakin besar. Tapi, ada beberapa cacatan miris apabila kita kaji kaitannya dengan kualitas pendidikan di negerti kita, ketimbang negara-negara lain, seperti Taiwan, Jepang, Korea, Singapura bahkan Malaysia sekalipun.
Memang, usaha pemerintah dan masyarakat dalam membangun lembaga pendidikan setelah meraih kemerdekaan sampai sekarang, perubahannya sangat besar. Semakin banyak berdiri lembaga pendidikan setiap tahunnya. Begitu pula partisipasi masyarakat yang masuk lembaga pendidikan yang juga semakin besar. Tapi, ada beberapa cacatan miris apabila kita kaji kaitannya dengan kualitas pendidikan di negerti kita, ketimbang negara-negara lain, seperti Taiwan, Jepang, Korea, Singapura bahkan Malaysia sekalipun.
Kenapa kualitas pendidikan kita di bawah
negara-negara tetangga itu? Padahal melek huruf kita setiap tahunnya naik
drastis. Menurut Anis Baswedan, yang akrab dipanggil Baswedan, dalam Talkshow
Indonesia Mengajar di Auditorium University Club UGM pada tanggal 11 Januari
2011, meskipun merek huruf kita tinggi, tapi tidak diikuti dengan kualitas
bahan bacaan yang ada, bacaan mereka dalam kesehariaan hanya ala kadarnya.
Kualitas Guru
Kualitas pendidikan Indonesia yang rendah, selain ada
beberapa faktor yang mempengaruhi, faktor rendahnya kualitas gurulah yang
memiliki dampak besar. Sejak awal kemerdekaan Indonesia, profesi guru dianggap
rendahan. Seorang guru dipandang sebelah mata. Dari sinilah, masyarakat tidak
memiliki ketertarikan yang besar untuk menjadi seorang guru. Hanya dari
kalangan masyarakat biasa saja yang tertarik masuk, tidak dengan kalangan orang
pintar.
Banyak anak-anak negeri yang memiliki kompetensi
tinggi tidak tertarik untuk menjadi guru karena faktor itu tadi, profesi guru
dianggap tidak berbobot, bahkan gajinya sangat kecil. Tidak salah apabila
guru-guru yang ada adalah dari kalangan orang biasa-biasa saja. Sehingga
kualitas profesionalisme guru di sini dipertaruhkan. Baru tahun-tahun
terakhirlah profesi guru mulai dilirik.
Indonesia Mengajar
Sebuah terobosan baru yang coba digagas oleh Baswedan
bersama dengan teman-temannya, dengan cara penyelenggaraan Indonesia Mengajar.
Program ini menyaring mahasiswa lulusan strata satu (S1) untuk mengajar di
pelosok-pelosok desa. Diantaranya tempat yang menjadi tujuan program ini
adalah, Bengkalis, Tulangbawang, Majene, Paser, dan Halmahera Selatan. Menurut
Baswedan, dengan program ini, seorang guru tidak lagi selalu identik dari
kalangan tidak berkualitas, malah sebaliknya, mahasiswa yang direkrut untuk
menjadi guru pada program ini adalah dari kalangan mahasiswa yang berprestasi
tinggi.
Ide awal lahirnya Indonesia Mengajar menurut
Baswedan, dalam Talkshow tersebut, adalah pada bulan Mei, Juni, dan Juli 2009
muncul gagasan antara Baswedan dengan teman-temannya dalam suatu pertemuan.
Baru pada tanggal 16 Desember 2009 dibuat proposal untuk mencari sponsor untuk
membiayai program tersebut.
Mahasiswa yang masuk program ini akan mendapatkan
gaji dan akomodasi yang cukup. Agar kata Baswenan dengan bantuan gaji tersebut
guru yang terpilih dalam program ini tidak memberatkan orang tua, bahkan bisa
membantu adik-adik mereka yang sedang bersekolah dengan hasil gaji tersebut.
Meskipun ada dari beberapa kalangan mahasiswa yang menyarankan untuk tidak usah
digaji.
Lebih lanjut, program ini berinisiatif agar beban
pendidikan di Indonesia tidak hanya dibebankan kepada pemerintah saja, tapi
kita harus bisa mengkonfersi menjadi tanggung jawab masyarakat bersama. Program
ini tidak ada sangkut pautnya dengan administrasi pemerintahan, tapi program
ini hanya membantu pemerintah untuk memajukan pendidikan. Pendanaan program ini
tidak dibiayai pemerintah, karena menurut pendiri program ini, Indonesia
Mengajar tidak akan memberatkan pemerintah yang sudah ruwet itu.
Dengan lahirnya program Indonesia Mengajar yang sudah
berjalan, telah menginspirasi beberapa kalangan masyarakat untuk juga berandil
dalam dunia pendidikan. Bahkan, salah satu perguruan tinggi di Bandung,
Institute Teknologi Bandung (ITB), terinspirasi menyelenggarakan program ITB Mengajar, mirip dengan Indonesia
Mengajar, tapi program ini sekopnya hanya di Bandung.
Menginspirasi
Untuk menyalakan semangat masa depan republik
Indonesia salah satu jalan terbaik adalah dengan menjadi guru. Guru yang selalu
menjadi inspirasi bagi anak-anak didiknya. Kita tidak hanya bisa selalu
menyalahkan kegagalan-kegagalan pemerintah dalam penyelenggarakan pendidikan,
tetapi mari nyalakan api semangat, untuk menyelesaikan persoalan yang didera
republik ini melalui pendidikan. Apabila masyarakat zaman penjajahan mampu dan
berani melawan penjajahan Belanda dan Jepang, kenapa kita tidak mampu untuk
melawan kebodohan di saat sekarang ini. Bergeraklah.
Berikanlah pengalaman hidup kita yang bisa
menginspirasi, ditengah rakyat kebanyakan dan daerah terpencil.
Maka, bagi mahasiswa yang berkeinginan untuk
mendapatkan wawasan mengajar selama satu tahun lewat program ini, bisa
mendaftar di http://registrasi.indonesiamengajar.org.
Di sini temen mahasiswa bisa langsung mengisi formulir yang telah disediakan
lewat on line. Mengenai informasi lebih lanjut tentang persyaratan masuk
program Indonesia Mengajar bisa dilihat di www.indonesiamengajar.org. Bagi
yang berkeinginan masuk program ini, persiapkanlah sejak sekarang, dengan
memperbanyak diri aktif di beberapa kegiatan kampus dan luar kampus, karena
semakin banyak pengalaman yang temen-temen miliki, peluang untuk mendapatkannya
semakin lebar.
Pesan terakhir dari Baswedan, be yourself, jadilah diri sendiri,
percaya dengan kemampuan dan skill yang kita miliki, jangan mengada-ada.
Kehadiran kita harus memberi impectfull, sehingga
keberaan kita terasa. Wallahua’lam
Komentar