From Jogja To Semarang
Dalam Perjalanan Bersama Beswan Djarum Yogyakarta |
Saya ingat betul, minggu kedua di Nopember tahun 2010, saya mengunjungi kota Semarang.
Kunjungan itu merupakan suatu anugerah terdahsyat yang diberikan oleh Allah SWT.
Sebelumnya, pada tahun 2008 awal, saya pernah melewati kota Semarang, bukan
untuk menikmati, tapi hanya sekedar lewat. Kebetulan waktu itu saya dalam
perjalanan dari Bandung ke Surabaya sehabis bekerja di sana. Kunjungan di
penghujung tahun 2010 ini sangatlah berbeda. Kunjungan saya bukan hanya sebatas
melihat keindahan kota tersebut. Saya akan bertemu mahasiswa-mahasiswa
berprestasi dari belahan bumi Indonesia yang masuk dalam keluarga Beswan Djarum.
Dalam kesempatan indah-penuh rasa senang ini, saya mendapatkan undangan dari PT.
Djarum untuk menghadiri acara Sulaturrahmi Nasional (Silatnas) selama lima hari.
Tanggal 6-10 Nopember.
Apa yang istimewa dari kunjungan saya ke Semarang? Bagitu banyak yang
istimewa. Sulit saya menyebutkan satu-persatu. Yang jelas, kedatan gan saya
kesana adalah sebagai salah satu mahasiswa yang akan dianugerahi beasiswa bakti
pendidikan, Djarum Beasiswa Plus. Sejak pertama mendapatkan undangan, tertanggal
pada 18 Oktober 2010 oleh bapak Handjojo Budiman, sebagai Public Relation
Officer Regional Semarang, saya mengalami puncak kebahagiaan melebihi
kebahagiaan pada tahun-tahun sebelumnya ketika saya mendapat beasiswa dari instansi
lain.
Sebagai mahasiswa yang dibesarkan dalam keluarga sederhana, saya menyambut
kebahagiaan pemberian beasiswa dari Djarum dengan memanfaatkan uang yang
diberikan sebaik mungkin. Keinginan yang besar untuk mempunyai lap top sejak
awal kuliah akhirnya terjawab. Pada 25 Nopember 2010, uang pemberian dari
beasiswa ini saya manfaatkan untuk mengkredit Notebook Compaq CQ42-105. Tidak
seperti sahabat beswan lain yang mungkin dapat sepenuhnya menikmati uang
tersebut secara penuh. Sedangkan saya, hanya bisa menikmati 23 persen dari
pemberian setiap bulannya. Karena dari 77 persennya saya sisihkan untuk
membayar kreditan laptop.
Tentu, keputusan untuk memanfaatkan uang tersebut untuk membeli laptop
telah berdasarkan pada pertimbangan yang matang. Yaitu didasarkan pada motif
untuk semakin meningkatkan kualitas tulis menulis. Semula, kebiasaan menulis
yang dilakukan di depan komputer akhirnya berubah menjadi di depan laptop. Sejak
memiliki laptop, saya berniat mengirimkan komputer yang ada di kos buat adik di
rumah. Dari sinilah, bukan saja saya yang bisa merasakan kebahagian dari
program beasiswa Djarum, adik perempuan saya dirumah juga mendapatkan
kebahagiaan serupa.
Ada beberapa kenangan manis diantara komputer yang saya miliki dengan
perjalanan saya dalam dunia kepenulisan. Kebiasaan menulis saya di media massa
selama ini, tidak lepas dari keberadaan komputer itu di kos sejak awal kuliah. Banyak
manfaat yang saya dapatkan dari komputer tersebut, disamping saya bisa
mendapatkan uang dari hasil menulis di media massa, beberapa penghargaan yang
saya dapatkan selama ini, juga berkat komputer tersebut.
Komputer yang saya punya itu menyimpan sejarah panjang dibalik perjalanan
saya bisa kuliah di Yogyakarta. Uang pembelian komputer sendiri, waktu itu saya
dapatkan dari hasil saya bekerja kepada pembisnis buku, dengan cara membantu
menjualkan buku dalam even bazar buku, keliling ke beberapa kota di Indonesia, seperti
Surabaya, Solo, Malang, Selatiga, Bandung, dan Jogja sendiri. Profesi seperti
itu saya jalani selama empat bulan sebelum kuliah. Sedangkan empat bulan
sebelumnya lagi, saya isi dengan berjualan koran di persimpangan empat, 300
meter sebelah barat titik nol Jogja.
Jadi, sebelum kuliah pada akhir tahun 2008, delapan bulan sebelumnya saya
bekarja. Dimana setelah lulus Sekolah Menengah Atas (SMA) pada 2006, saya tidak
diperbolehkan oleh orang tua untuk kuliah di luar kota kelahiran, diantara
alasannya adalah orang tua tidak mempunyai uang biaya kuliah, dan saya tetap
nekat pergi ke Yogyakarta. Dengan kosekuensi saya harus mencari uang sendiri
untuk membiayai kehidupan sehari-hari. Betapa sulit pertama kali menghadapi
kehidupan ini ketika secara mendadak mencari uang sendiri. Dengan usaha yang
keras, Tuhan telah memberikan jalan keluar.
Awalnya, saya tidak pernah membayangkan akan bisa kuliah seperti sekarang
ini. Bisa mencari uang sendiri. Apalagi akhirnya, mendapatkan beasiswa dari Djarum.
Sebuah kebanggaan yang luar biasa. Di saat berjualan koran, yang terpikirkan
oleh saya adalah yang terpenting, saya bisa menulis dan bisa hidup terlebih
dahulu. Itu saja cukup. Hanya, waktu itu, saya juga sempat terpikir, ketika
dipagi hari saya berjualan koran di pinggiran jalan, saya melihat perempuan-perempuan
cantik berangkat kuliah. Waktu itu, saya berkesimpulan, untuk mendapakan
seorang perempuan yang kuliah, tentu saya harus kuliah.
Tanpa disangka, sampai detik ini, ketika saya mengetikkan tulisan ini, keinginan
untuk kuliah telah tercapai. Saya sepertinya pelan-pelan telah melupakan masa
lalu yang penuh dengan liku-liku kehidupan yang begitu berat. Dari situ saya
berpikir, untuk menggapai sesuatu, pertama kali haruslah dimulai dari keinginan
terlebih dahulu. Sepertinya, mustahil saya bisa kuliah seperti sekarang jika
tidak pernah terlintas keinginan untuk kuliah sebelumnya.
Di Hotel Horizon, Semarang |
Kembali Kecerita Awal
Baik, saya akan kembali bercerita seputar keberangkatan ke Semarang. Hari
itu, Jogja lagi berkelabu, letusan gunung Merapi yang sampai ke kota gudeg
membuat hidup masyarakat dalam kekhawatiran, begitu juga saya sendiri. Di satu
sisi, saya berkeinginan membantu para korban di sekitar lereng Merapi bersama
komunitas. Di sisi lain saya harus berangkat untuk menghadiri penganugerahan
Djarum Beasiswa Plus.
Di pagi-pagi petang, Sabtu 06 Nopember 2010, saya bersama sahabat Beswan
Djarum dari Jogja bersiap berangkat untuk menghadiri acara tersebut. Di waktu
teman-teman Beswan sudah lengkap, kami pun berangkat. Hati beranjak berbunga-bunga.
Saya setengah tidak percaya bahwa pada waktu itu saya benar-benar termasuk dari
450 mahasiswa penerima Beasiswa dari PT. Djarum. Suasana hati beranjak berubah,
dikala saya mulai melebur tawa bersama teman-teman jogja. Ternyata saya seperti
menjadi satu keluarga bersama mereka. Keakraban sangat tampak waktu itu antara
satu sama lain meskipun baru saja kenal.
Rombongan DSO Jogja, yang kemudian bergabung dengan RSO Semarang, tujuan
tempat penginapannya yaitu Hotel Horison, yang terletak di simpang Lima, Semarang.
Kebetulan, saya mendapatkan kamar di lantai sepuluh. Mirip sebulan sebelumnya, waktu
saya selama empat hari, 7-10 Oktober 2010 bekerja menjadi LO (Liaison Officer) bersama
seorang dokter dari Jakarta, di Hotel Melia Purosani Yogyakarta dalam acara The
33rd Annual Scientific Meeting of Indonesian Urological Association . Dengan
fasilitas yang mewah, saya dapat menikmatinya dengan rasa senang, tanpa harus
memikirkan untuk membayar.
Di ketinggian lantai sepuluh, saya bisa menaburkan pandangan ke kehamparan
gedung-gedung disekitar hotel. Di waktu pagi, dari lantai ini bagitu jelas
terlihat aktivitas masyarakat di sekitar alun-alun simpang lima, dari yang
berjualan, berolahraga, dan melakukan aktivitas-aktivitas lain. Kebetulan saya
yang berasal dari Jogja sekamar bersama dua orang sahabat beswan dari DSO Solo,
Habib dan Deni. Dua orang sahabat Beswan Djarum ini begitu ramah menjalin
persahabatan dengan saya. Senang. Seperti ingin kembali ke momen-momen asyik
itu. Tapi itu tidak mungkin. Ya, sudahlah selamat tinggal kenangan.
Komentar