Kepemimpinan yang Efektif
Kepemimpinan seperti yang sering kita dengar adalah
kepemimpinan dalam kerangka referensi kekuasaan yang mengabdi dan melayani
rakyat banyak. Perbaikan perikehidupan sehari-hari bagi rakyat banyak, bagi
warga dan masyarakat yang miskin dan tertinggal secara nyata agar dilaksanakan.
Sekaligus disertai sikap, langkah, dan isyarat kepemimpinan yang peduli.
Kenyataan dan kesan dewasa ini, perbaikan
perikehidupan secara konkret tersendat, sementara warga dan masyarakat yang
menderita serta tertimpa percobaan seperti dibiarkan sepi sendiri. Kita tandus
kepedulian dan kebersamaan.
Pemerintah dan pemerintahan, goverment and governance. Pemerintah yang baik
dilaksanakan lewat pemerintahan yang baik. Pemerintahan alias governance mengacu kepada proses dan
pelaksanaan. Kebersamaan merupakan salah satu isi, semangat, dan realisasi dari
pemerintahan yang baik. Untuk Indonesia yang bermasyarakat majemuk serta suatu
negara kepulauan yang amat luas, panjang, serta bervariasi, kebersamaan
merupakan kunci keberhasilan. Kebersamaan dalam makna equity, persamaan
kesempatan dan tingkat perikehidupan yang tidak menganga apalagi semakin
menganga kesenjangan.
Ada beberapa lagi
kriteria atau kualifikasi bagi pemerintahan dan pemerintahan yang baik, seperti
bersih tidak bersalah guna, terbuka atau transparan, dipertanggungjawabkan,
partisipatif, efektif, dan efisien. Pemerintah dan pemerintahan yang cerdas dan
bijak menyusun kebijakan publik, public
policy, tetapi juga pemerintah yang jalan pemerintahannya, yang
diimplementasikan rencana, program, dan kebijakannya. Yang melakukan pekerjaan
rumah, yang menindaklanjuti, yang check dan recheck, kontrol dan koreksi.
Terlibat dalam pekerjaan
besar itu, lembaga-lembaga negara, pemerintah dan pemerintahan di bidang
politik, ekonomi, dan sosial. Transisi selama lima tahun ini menurut
kenyataannya membuat tugas dan proses realisasi dalam lembaga-lembaga
pemerintahan itu tidak berjalan efektif dan efisien. Begitu pada tingkat pusat,
demikian pula pada tingkat daerah.
Kepemimpinan dalam
sistem otokrasi berbeda dengan kepemimpinan dalam sistem demokrasi. Ketika
orang membicarakan masalah kepemimpinan, acapkali perubahan itu dialpakan.
Bahwa sejak reformasi prodemokrasi, kepemimpinan itu adalah kepemimpinan dalam
demokrasi. Kepemimpinan dalam dalam sistem otokrasi dari atas ke bawah. Proses
dan keterlibatan tidak penting, yang penting kuat dan efektif. Pengertian kuat
dan efektif diukur dari hasilnya. Hasilnya aman dan tertib. Hasilnya
pertumbuhan ekonomi laju.
Kriteria dan kualifikasi
kemajuan dan keberhasilan itu tetap berlaku. Hanya dituntut agar lebih
berkeadilan serta memasukkan proses dan cara yang bukan sekadar dari atas ke
bawah, melainkan bersama, berkomunikasi, berdialog, mencapai setiap kali
pengertian dan konsensus untuk dilaksanakan. Dan itu pun terus-menerus
disertai kontrol, kritik, koreksi, dan pertanggungjawaban. Memang lebih rewel,
lebih harus melibatkan berbagai pihak, pihak legislatif atau parlemen, pihak
publik, baik kelompok kepentingan maupun kelompok masyarakat madani, civil society.
Lebih rumit dan ruwetlah
kepemimpinan dalam sistem demokrasi dibandingkan dengan dalam sistem otokrasi. Diperlukan
kemampuan berkomunikasi, persuasi, kesabaran mengajak dan meyakinkan, ketahanan
menjalani perbedaan, mendengar kritik, tetapi sebaliknya setiap kali harus mau
dan mampu menemukan pengertian, saling pengertian, kesepakatan atau konsensus. Manakala
kebebasan tidak juga berkembang menjadi komunikasi dan dialog serta setiap kali
ditemukan pengertian dan perbedaan, kebebasan demokrasi belum menemukan
perannya yang lengkap. Demokrasi kecuali disertai kebebasan berekspresi dan
berserikat, juga harus menerjemahkan kebebasan sebagai sarana dialog yang
efektif.
Bukan terbatas pada
pemerintahan pekerjaan membangun demokrasi yang kecuali bebas juga mengontribusikan
kebebasan itu untuk dialog, membangun pengertian dan konsensus serta
menciptakan iklim dan rangsangan untuk dilaksanakannya kebijakan publik. Selama
lima tahun terakhir ini tampak dan terasakan bagaimana pemerintah dan
pemerintahan yang efektif dan efisien adalah pemerintahan yang efektif, yang
membuka partisipasi itu, pemerintahan semakin mampu membuahkan hasil lewat
realisasi, lewat pelaksanaan, dan implementasi.
Masuk akal dan wajar
manakala demokrasi adalah demokrasi yang bicara. Namun, bicaranya demokrasi
agar pula bermuara dan merangsang berlangsungnya demokrasi yang bekerja.
Berbagai daya dan
kekuatan baru masyarakat tampil. Di antaranya otonomi daerah.
Sekurang-kurangnya dua faktor membangkitkannya. Silih berganti atau aksi
reaksinya perkembangan. Dalam zaman pergerakan, dari daerahlah hasrat
pergerakan itu tumbuh, meskipun juga berinteraksi dengan daya-daya dari pusat,
sebutlah pusat pergerakan waktu itu. Kemudian
setelah Indonesia
merdeka, proses state and nation
building lebih berproses dari
pusat. Sedemikian rupa sehingga bersosok dan bekerjalah sentralisme. Tiba
kemudian dalam interaksi itu, giliran gerakan kembali dari daerah. Hasrat akan
otonomi.
Masa itu pun, yakni masa kini, dipicu oleh interaksi
dengan globalisasi. Globalisasi meluapkan pengaruh global ke seluruh penjuru
dunia. Terjadi
terutama oleh revolusi teknologi informasi serta perubahan ekonomi yang
melipatgandakan perdagangan, termasuk perdagangan uang. Mau tidak mau, bangkit
respons atau reaksi terhadap invasi global itu. Di antaranya gejala lokal atau
lokalisasi atau kebangkitan lokal. Dalam konteks dan pengertian itulah kiranya
otonomi juga ikut dibangkitkan oleh respons terhadap globalisasi.
Kesempatan pula bagi
kita, otonomi dan lokalisasi itu membuka kesempatan mengenal lebih luas, lebih
dalam, dan lebih lengkap negeri kita, Indonesia, Tanah Air kita Indonesia. Mengenal
bukan dari pusat, tetapi juga dari bawah, dari daerah. Mengenal Tanah Air beserta
lingkungan dan kekayaan alamnya, besarta penduduk dan warganya, juga mengenal
seni budaya dan adat istiadatnya. Proses itu mau tidak mau disertai bangkitnya
energi-energi baru, energi masyarakat lokal dan daerah yang berinteraksi dengan
masyarakat nasional dan internasional.
Tinggallah pandai-pandai
kita terutama pemimpin terpilih 2009 nanti dalam memahami, menyerap, serta
menggalinya sebagai energi yang kreatif dan produktif bagi kebangkitan warga,
bangsa, dan negara. Karena luar biasalah potensi lokal, potensi regional, dan
potensi otonomi yang terkandung dalam keragaman seni budaya, dalam keragaman
dan kekayaan alam, serta dalam kemauan warga untuk membuatnya sebagai sarana
yang bersahabat bagai kemajuan penduduknya serta kelanjutan lingkungan alamnya.
Komentar