Mencetak Guru Inspiratif
Judul Buku : Menjadi Guru
Inspiratif
Penulis : Ngainun Naim
Penerbit : Pustaka Pelajar
Cetakan : Pertama, April 2009
Tebal : xvi +289 halaman
Menjadi guru inspiratif
ternyata tidak mudah. Hanya sebagian kecil saja dari guru-guru yang ada dapat
menjadi guru inspiratif. Hal ini disebabkan karena karakter inspiratif tidak
bersifat permanen. Suatu saat, seorang guru, dapat menjadikan dirinya bagitu
inspiratif di mata para siswanya. Di saat yang lain, karakter semacam itu
memudar. Sebagaimana karakter manusia yang senantiasa berubah, demikian juga
dengan spirit inspiratif. Ada saat dimana spirit inspiratif melemah, atau
bahkan menghilang. Juga ada saat di mana spirit tersebut naik dan menjadi
landasan yang kukuh dalam mendidik.
Bagaimana menyulut spirit inspiratif? Jawaban atas pertanyaan ini memang
tidak mudah. Setiap guru dapat memiliki cara dan mekanisme tersendiri untuk
melakukannya. Pengalaman masing-masing guru bisa jadi berlainan. Ada yang
berusaha melakukan evaluasi diri, ada yang membaca buku-buku motivasi, membaca
biografi tokoh-tokoh sukses, melakukan relaksasi, dan beraneka teknik lainnya. Memang
tidak ada teori baku dan universal yang menjelaskan terhadap persoalan ini.
Kehadiran buku Menjadi Guru Inspiratif ini, mencoba menemukan cara jitu
menemukan pemantik yang dapat menyulut inspiratif. Penulis, Ngainun Naim
mengelaborasi berbagai teori dalam menggapai guru inspiratif. Teori ini
memiliki makna penting untuk menyulut spirit inspiratif jika diposisikan
sebagai rujukan untuk menghidupkan dan membangkitkan spirit yang melemah. Dalam
aplikasinya, bisa jadi antara seorang guru dengan guru yang lainnya memiliki
mekanisme yang berbeda.
Meskipun menurut penulis, sebenarnya persoalan keragaman metode dalam
menemukan spirit bukanlah menjadi persoalan. Hal yang justru penting adalah bagaimana spirit inspiratif tetap tumbuh,
terjaga, dan memberikan dampak secara konkret dalam suasana pembelajaran di
kelas.
Begitu juga bagi para penulis,
inspirasi adalah hal penting yang senantiasa dicari. Tanpa inspirasi, menulis
tidak akan bisa berjalan. Ada beragam cara yang dilakukan untuk menemukan
inspirasi, mulai dari menyepi, merenung, membaca, berdiskusi, mengamati
fenomena sosial, maupun berbagai cara lainnya. Menurut Naim, bagi guru, spirit
inspirasi ini bisa dibagun dengan beberapa landasan.
Pertama, komitmen. Komitmen
sebagai guru inspiratif harus dibangun secara kukuh dalam jiwa. Komitmen akan
memberikan makna yang sangat penting terhadap apa yang kita kerjakan, kita
lihat, kita rasa, kita dengar, dan kita pikirkan. Setiap mengajar, sejauh kita
memegang komitmen, maka kita akan senantiasa berusaha semaksimal mungkin untuk
memberi inspirasi kepada para siswa. Mengamati bagaimana siswa kurang bergairah
belajar, maka komitmen sebagai guru inspiratif akan melahirkan beragam usaha
untuk membangkitkan semangat mereka terhadap belajar.
Melihat siswa yang dinilai
bermasalah, spirit inspiratif akan terdorong untuk melacak penyebabnya dan
mencari jalan keluarnya. Menghadapi hasil evaluasi yang kurang memuaskan, spirit
inspiratif akan tergerak untuk menemukan cara-cara konstruktif untuk
meningkatkan prestasi. Begitu seterusnya. Setiap ada persoalan, spirit
inspiratif selalu memunculkan dorongan dalam diri guru untuk mencari jalan
pemecahannya.
Komitmen yang kuat akan
membuat para guru selalu memiliki spirit inspiratif. Hal ini disebabkan karena
komitmen yang tertanam dalam jiwa secara kukuh akan memengaruhi terhadap emosi,
pikiran, dan juga konasi. Semuanya itu akan mampu merangsang inspirasi yang
segar, inovasi yang cerdas, dan kekuatan mendidik yang dahsyat.
Kegelisahan yang muncul
karena keinginan memberikan yang terbaik terhadap para siswa dapat menarik guru
inspiratif untuk benar-benar terserap dalam apa yang sedang dikerjakan. Jadi, mengajar
menjadi aktivitas yang penuh dengan penghayatan dan totalitas. Hal inilah yang
oleh Daniel Goleman disebut sebagai kondisi flow, yaitu keadaan ketika seorang
sepenuhnya terserap ke dalam apa yang sedang dikerjakannya, dan kesadarannya
menyatu dengan tindakan.
Goleman menunjukkan bahwa
kita dapat mencapai kondisi flow apabila kita memiliki keterlibatan psikologis
yang sangat kuat (psychological presence). Keadaan ini membuat otak kita lebih
tajam, pikiran kita lebih mudah mengalir, dan jiwa kita lebih inspiratif. Kondisi
inilah yang “menyerap” keseluruhan kedirian guru dalam pembelajaran.
Kedua, cinta itu
menggerakkan jiwa. Mengajar yang dilandasi oleh kecintaan yang mendalam akan
melahirkan dan menyulut spirit inspiratif secara kukuh. Cinta yang kuat dapat
menggerakkan jiwa untuk senantiasa penuh semangat, yakin, optimis, dan penuh
harapan. Besarnya cinta terhadap profesi, terhadap tanggung jawab, terhadap
masa depan siswa, dan terhadap tanggung jawab kepada Tuhan, akan menjadikan
mengajar menjadi sedemikian memberdayakan, penuh kenikmatan dan penghayatan.
Bagi seorang guru, jangan sampai tugas mengajar dilakukan karena faktor
keterpaksaan. Hal ini merupakan sesuatu yang fatal, karena sikap terpaksa akan
menjadikan mengajar hanya sebagai pemenuhan kewajiban saja. Tidak ada lagi spirit dan cinta yang mampu
melandasinya. Tidak ada lagi visi lebih luas dan mendalam yang dibangun. Spirit
inspiratif tidak akan muncul pada guru yang memiliki karakter semacam ini. Mereka
yang mengajar secara terpaksa akan kehilangan gairah dan orientasi yang lebih
luas. Mengajar kemudian dilakukan hanya sekadarnya saja.
Ketiga, menajamkan visi. Seperti
juga diungkap Philip Kotler, visi merupakan an ideal standar of excellence (standar
ideal kesempurnaan) yang ingin kita raih. Atau bisa dimaknai sebagai a dream
must be archieve (mimpi yang harus kita raih). Visi sangat penting perananya
dalam berbagai aspek kehidupan. Negara, organisasi, sekolah, bahkan diri kita, harus
memiliki visi. Hidup tanpa visi akan kehilangan orientasi. Visi adalah titik
tertentu yang harus kita capai. Visi yang akan mengarahkan segala gerak dan
orientasi dalam hidup kita,
Guru inspiratif adalah
mereka yang berada dalam kategori climbers. Dalam diri guru inspiratif
terpancang visi yang tinggi dan semangat besar untuk mewujudkannya. Hambatan
dan tantangan apa pun akan dihadapi dan ditundukkan. Karakteristik semacam ini
menjadikan guru inspiratif senantiasa memiliki kemampuan besar untuk memberikan
pencerahan dalam diri para siswanya.
Akhirnya, tidak berlebihan
jika dibilang, buku ini sebagai salah satu kitab wajib bagi para guru di
Indonesia dalam memantik spirit para guru untuk menjadi sosok yang inspiratif, sehingga
mampu mengubah kehidupan para siswanya menuju kehidupan yang bermakna dan lebih
berkualitas.
*) Tulisan ini dimuat di
Kabar Indonesia, 19 Mei 2009
Komentar