Catatan Kelam di Vatikan
Judul Buku : Skandal Seks di Vatikan Abad 21; Sex, Crime, dan The Vatican
Penyunting : Abu Salma Ibnu Yahya
Penerbit : Beranda, Yogyakarta
Cetakan : Pertama, 2008
Tebal : xii + 316 halaman
“Saya tidak akan pernah membiarkan anak-anak saya bersama dengan pastor
tanpa pengawasan.” Begitulah gambaran pernyataan dari beberapa orang yang sudah
menyaksikan film dokumenter Panorama BBC berjudul Sex Crimes and The Vatican, yang
transkip lengkapnya ada di buku Skandal Seks di Vatikan Abad 21 ini. Pertama
kalinya ditayangkan oleh TV BBC pada tanggal 1 Oktober 2006, wawancara ekslusif
tentang kejahatan seksual para pastor ini segera menyentak publik, khususnya
umat Katolik di Barat. Sejak saat itu, film berdurasi 39 menit ini menduduki
rating tertinggi permintaan download gratis di pelbagai website.
Mengapa orang dari pelbagai belahan dunia begitu ingin tahu film ini? Isu
panas apakah yang diangkat? Sebagaimana judulnya, Sex Crimes and The Victican
mengungkap kasus kekerasan seksual oleh para pastor yang sudah dapat
dikatagorikan sebagai sebuah tindakan kejahatan seks (sexual crime). Salah satu
“bintang utama” film ini adalah Bapa Oliver O’Grady yang terbukti melakukan
serangkaian kejahatan seksual dalam rentang waktu antara 1970-an hingga 1980-an
di California. Dia di penjara selama 7 tahun, dan sekarang sudah dibebaskan dan
hidup sebagai orang biasa di negeri asalnya, Irlandia.
Beberapa fakta yang mengejutkan di balik wawancara ini adalah bahwa mayoritas
korban kejahatan ini adalah anak-anak dan remaja. Tidak heran, Panorama BBC
menyimpulkan bahwa Bapa Oliver O’Grady adalah seorang pedofil, yaitu seseorang
dewasa yang tertarik secara seksual kepada anak-anak. Tidak tanggung-tanggung, O’Grady
mengaku bahwa selama dua dekade menjadi pastor yang pindah dari satu gereja ke
gereja lain, ia sudah melakukan tidak kurang dari 30 korban, baik laki-laki dan
perempuan.
Pertanyaan kedua yang mungkin akan dilontarkan publik setelah menyaksikan
wawancara pengakuan ini adalah apa yang sudah dilakukan Gereja Katolik, khususnya
Vatikan untuk mengatasi hal ini? Karena ternyata, berdasarkan investigasi Colm
O’Gorman, korban perkosaan Pastor Katolik di Keuskupan Ferns di Country Wexford
di Irlandia ketika dia berusia 14 tahun, kasus kejahatan oleh pastor ini
semakin banyak ditemukan, bukan hanya di Amerika, tetapi juga di pelbagai
negara seperti Brazil dan Irlandia. Meskipun masih diperdebatkan, faktanya
ternyata jauh lebih mengagetkan. Vatika, meskipun sudah mengetahui pelbagai
kasus “keji” itu, ternyata cerderung diam dan bahkan dianggap secara sistematis
berusaha menyimpan rapat-rapat kasus itu sebagai rahasia.
Salah satu bukti otentik adalah terungkap dokumen Crimen Sollicitationis (1962)
yang berisi perintah resmi Tahta Suci Vatikan kepada seluruh uskup dalam
menangani kasus-kasus kejahatan seksual di lingkungan gereja. Dokumen ini
memaksakan perintah kepada anak-anak yang menjadi korban untuk tetap
merahasiakan kejahatan tersebut, pastor yang menghadapi tuduhan, serta bukti-bukti
terkait apa pun. Melanggar sumpah tersebut berarti pengucilan dari Gereja
Katolik. Sebagian pihak yang mendukung usaha-usaha pencarian keadilan bagi
korban dan sebagian media, khususnya BBC, berkesimpulan bahwa ada kaitan erat
antara dokumen yang ditandatangani oleh Alfredo Kardinal Ottaviani ini dengan
tetap maraknya kasus kekerasan seksual oleh para pastor. Sementara, pihak
Vatikan menuduh bahwa BBC memiliki bias anti-Katolik dalam program-programnya
yang menyudutkan Paus, Gereja Katolik, dan Vatikan.
Dalam buku ini, Abu Salma Ibnu Yahya sebagai penyunting, berusaha
menyajikan fakta kejahatan seksual ini secara berimbang, baik dari perspektif
pelaku, korban, pejabat Gereja Katolik, Vatikan, dan media. Yahya membagi buku
ini dalam enam bagian; Pertama, Pembahasan tentang Crimen Sollicitationis; Kedua,
Interpretasi Pangacara Gereja, Bapa Tom Doyle terhadap dokumen Crimen
Sollicitationis; Ketiga, Transkip wawancara tentang pelbagai kasus kejahatan
seksual para pastor, baik dari perspektif pelaku, korban, maupun media; Keempat,
Pro-kontra seputar ekspose dokumen Crimen Solliciationis, bagian ini mengungkap
tanggapan Vatikan terhadap media massa, khususnya Panorama BBC, sebuah program
TV Inggris yang menyajikan pelbagai program tentang kasus kejahatan seksual
para pastor; Kelima, Analisis atas krisis legitimasi Gereja Katolik; Keenam, Ulasan
skandal kejahatan seksual di Keuskupan Boston Amerika, dan di akhir bab buku
ini, juga dilengkapi lampiran dokumen Crimen Sollicitationis dalam versi tiga
bahasa; Indonesia, Inggris dan Latin.
Meski masih ada beberapa kesalahan dalam penulisan kata dalam terbitan
pertama ini, setidaknya kehadiran buku ini mempunyai nilai penting bagi
pembelajaran masyarakat, sebagai usaha penegakan keadilan bagi anak-anak, remaja,
dan keluarga mereka yang menjadi korban kekerasan seksual.
Komentar