Optimalisasi Cara Mengajar
Judul Buku : Learning to
Teach; Belajar untuk Mengajar
Penulis : Richard I. Arends
Penerbit : Pustaka Pelajar
Cetakan : Pertama, 2008
Tebal : xx + 371 halaman
Saat ini mengajar menawarkan
karier yang cerah dan rewarding bagi mereka yang dapat menjawab tantangan
intelektual dan sosial pekerjaan ini. Terlepas dari membanjirnya laporan yang
bernada mengkritik sekolah dan guru selama dekade terakhir, kebanyakan orang
terus mendukung sekolah dan mengekspresikan keyakinannya terhadap pendidikan. Masyarakat
modern membutuhkan sekolah-sekolah yang memiliki guru-guru ahli untuk mengajar
dan mengurus anak-anak selama orang tua mereka bekerja.
Di masyarakat kita, guru diberi status profesional. Sebagai pakar dan
profesional, mereka diharapkan dapat menggunakan praktik terbaik untuk membantu
siswa mempelajari berbagai keterampilan dan sikap yang esensial. Sekarang tidak
cukup bagi guru untuk sekedar bersikap hangat dan menyayangi anak-anak, atau
sekadar menerapkan praktik-praktik mengajar yang semata-mata didasarkan pada
intuisi, preferensi pribadi, atau kearifan konvensional.
Guru-guru kontemporer sudah selayaknya akuntabel untuk menggunakan praktik-praktik
mengajar yang telah terbukti efektif. Persis seperti profesi-profesi lain, misalnya
kedokteran, hukum, dan arsitektur, mereka harus memenuhi standar-standar
praktik bagaimana cara mempelajari dan menggunakan praktik terbaik-yaitu
praktik yang memiliki dasar ilmiah.
Buku Learning to Teach; Belajar untuk Mengajar ini dapat membantu para guru
pemula untuk menguasai dasar pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan
menuju guru profesional dalam menangani anak didiknya. Buku ini juga
mengeksplorasi sisi art of teaching (seni mengajar), seperti kebanyakan tugas
kemanusiaan lainnya, mengajar memiliki aspek-aspek yang tidak dapat
dimodifikasi atau dituntun oleh pengetahuan ilmiah saja tetapi bergantung pada
seperangkat proses judgment individual kompleks yang didasarkan pada pengalaman
pribadi.
Penulis buku ini, Richard I. Arends selain menulis beberapa buku bidang
pendidikan dia juga sebagai penerima berbagai macam penghargaan, pada tahun 1989
terpilih sebagai the outstanding teacher educator di Maryland dan pada 1990
menerima the Judith Ruskin Arard untuk sumbangan penelitiannya yang berharga
dalam pendidikan. Dari tahun 1995 sampai
1997 penulis menjabat sebagai the William Allen (Boing) Edower Chair di School
Education, Seattle
University.
Sebagai seorang peneliti
pendidikan terkemuka, Arends menggambarkan seni mengajar sebagai sebuah seni
yang bersifat instrumental atau praktis, bukan fine art yang dimaksud untuk
menciptakan keindahan demi seni itu sendiri. Sebagai sebuah seni instrumental,
mengajar menjadi sesuatu yang berangkat dari resep, formula, atau algoritma. Ia
membutuhkan improvisasi, spontanitas, penanganan sejumlah pertimbangan tentang
bentuk, gaya, kecepatan, ritme, dan ketepatgunaan dengan cara yang begitu
kompleks sehingga bahkan komputer sekalipun tidak akan mampu menyamai apa yang
dilakukan oleh seorang ibu terhadap anaknya yang berusia lima tahun.
Arends berusaha menunjukkan dilema-dilema yang akan dihadapi guru dan
memberikan pilihan-pilihan artistik yang harus diambil para guru agar efektif
melaksanakan pekerjaan mengajar. Penulis juga menyuguhkan pandangan
terintegrasi tentang mengajar sebagai ilmu dan sebagai seni, dan menekankan
bahwa apa yang kita ketahui tentang mengajar tidak dapat diterjemahkan menjadi
preskripsi yang mudah atau resep yang sederhana.
Dimulai dengan bab pertama yang mengiktisarkan perspektif umum tentang
maksud dan konsepsi pengajaran efektif yang telah memengaruhi perencanaan. Perspektif
ini melihat bahwa mengajar adalah seni dan sekaligus ilmu (sains) dan bahwa
guru-guru yang efektif mendasarkan praktiknya di kedua tradisi tersebut. Disatu
pihak guru-guru yang efektif menggunakan penelitian tentang mengajar dan
belajar untuk memilih praktik-praktik yang diketahui dapat meningkatkan
pembelajaran siswa. Di lain pihak, mengajar memiliki segi artistik yang
didasarkan pada kearifan kolektif dari guru-guru yang berpengalaman.
Guru-guru yang berpengalaman tahu bahwa tidak ada cara yang dapat dianggap
paling baik untuk mengajar. Sebaliknya, guru-guru yang efektif memiliki
repertoir praktik yang diketahui dapat menstimulasi motivasi siswa dan
meningkatkan pembelajaran siswa. Praktik-praktik tertentu dipilih bergantung
tujuan yang dicoba untuk dicapai oleh guru, karakteristik pelajar, serta nilai-nilai
dan ekspektasi masyarakat.
Bab kedua menguraikan bagaimana menangani tantangan paling sulit yang
dihadapi para guru dewasa ini, yaitu bagaimana cara memastikan bahwa setiap
anak dapat mencapai potensinya, terlepas dari kemampuan atau latar belakang
yang dibawa masing-masing anak ke sekolah. Bab ini menelaah tantangan dan
kesempatan yang ditimbulkan oleh keanekaragaman dan mendiskripsikan bagaimana
berbeda dengan masa-masa sebelumnya.
Kelas-kelas dewasa ini ditandai oleh berbagai macam siswa dan bahwa potensi
belajar semua anak harus dilestarikan, tidak ada anak yang boleh dibiarkan
tertinggal. Penulis mendiskripsikan keanekaragaman di kedua ujung spektrum
siswa yang diberi label exeptional (luar biasa) yaitu mereka yang mengalami
disabilitas belajar dan mereka yang berbakat. Selain itu, perbedaan ras, etnis,
budaya, agama, bahasa, dan gender juga dideskripsikan dengan cukup terperinci. Bahasan
ini tidak hanya mendeskripsikan tentang bermacam bentuk keanekaragaman tetapi
juga menyediakan berbagai metode dan pedoman ekstensif untuk mengajar dan menangani
berbagai macam kelompok siswa di kelas-kelas inkluisif.
Bagi masyarakat di Indonesia, buku ini dapat membantu para guru untuk
efektif secara pribadi terdisposisi ke arah refleksi dan membuat pemecahan
masalah, sehingga belajar mengajar adalah sebuah proses seumur hidup, dan
mereka dapat mendiagnosis berbagai situasi dan mengadaptasikan serta
menggunakan pengetahuan profesionalnya secara tepat-guna untuk meningkatkan
pembelajaran siswa dan yang pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas
pendidikan.
Komentar